Gue paling seneng waktu pulang kampung. Disini gue
bisa tiap hari ongkang-ongkang nonton TV, baca koran sambil ngeteh, glindingan
dikasur, dan tanpa harus mikir makan dari pagi sampai malam karena udah
disiapin sama nyokap gue. Ya, walaupun tiap hari makannya otak-otak sih hm..
Kayaknya gue udah satu semester gak pulang Ngawi,
dan banyak banget perubahan yang terjadi dikampung halaman gue. Udah banyak
banget café berceceran disini, dulu sama sekali gak ada dan gersang banget
rasanya.
Dibagian kotanya juga udah lumayan rame. Walaupun
untuk bagian rame ini gue gak begitu suka, karena waktu pulang kampung yang gue
cari itu ketenangan.
Suatu saat nanti, dihari tua gue, semoga gue bisa
ongkang-ongkang baca Koran dapat uang di Ngawi. Hidup tenang, bersama keheningan.
Eh, tapi bukan itu yang pengen gue bahas. Gue
emang seneng pulang sih, tapi yang akan gue bahas disini adalah café yang ada
di Ngawi.
Salah satu café yang bakalan gue bahas adalah
cafeteria namanya Talita, ini café deket alun-alun. Samping pasnya alun-alun,
awalnya ini cuman semacam butik, tapi sepertinya ownernya diversifikasi usaha
ke café.
Talita ini menyimpan banyak cerita buat gue,
karena di café ini gue sereing meet up bareng temen, dan keluar bareng pacar,
eh mantan. Ini jadi tempat romantic sekaligus dramatis.
Sebelumnya perkenalkan pacar gue (dulu) namanya Sinta. Dia adek kelas gue, dulu pernah satu organisasi waktu SMA. Anaknya alisnya tebal, badannya tinggi, dan murah senyum. Dulu dia dulu yang naksir gue, karena gue kelamaan menjomblo, akhirnya gue mau aja jadian sama dia. Lama-lama gue juga yang demen, dia cakep juga kok.
Gue inget waktu itu gue masih di Ngawi, waktu
libur kuliah.
“ Say, ada café baru nich, di deket Alun-alun,
mau kesana?” tanya gue lewat Line.
“ Talita itu ya?”
" Iya, skut kesan.”
“ Kapan?”
“ Nanti malam?”
“ Nanti malam aku ada temen mau kesini, gimana
dong?”
“ Bukannya kita janjian hari ini?”
“ Iya, ternyata ada temen aku, maaf ya..”
“ Yaudah, next time juga bisa kok.”
Akhirnya gue gak jadi, dan gue nyoba café itu
sendiri.
Sekitar jam 7 malem gue ke café itu sendiri. Gue
parkir, dan jalan kedalam café. Emang tempatnya itu cozy kalau dibandingin
dengan café yang lain. Nuansa ruangannya warna kuning cerah dan dipadukan warna
kuning.
Dari tata ruangan dan warnya sangat match, dan
kesannya hangat, gue seneng berada disini karena tempatnya bagus.
Gue duduk ditengah pojok ujung dekat dengan
tangga. Gue pengen lihat keseluruhan ruangan bersamaan dengan pengunjuing lain
yang ada di Talita.
“ Mas, mba, senyum!” terlihat di depan gue
seorang pelayanan memfoto salah seorang pengunjung yang datang berpasangan.
Mereka berdua terlihat serasi, dengan pakaian
berwarna putih, dan celana warna biru dongker. Gue rasa mereka pasangan yang
baru jadian, karena masih agak malu-malu.
“ Makasih, cek di Instagram kita ya, kak!” kata
pelayanan tersebut setelah selesai mengambil gambar. Pelayanan itu jalan
selangkah kearah meja gue. Lalu menatap gue dengan tatapan agak aneh.
“ Mas, kok sendirian aja?” kata pelayanan
tersebut sambil menggendong kamera.
“ Enggak, tuh banyak pengunjung yang lain kok,”
jawab gue bercanda
" Hmmm.. dasar jomblo," ledek pelayanan itu lali lari meninggalkan gue.
Gue ngerasa terhina, jadi yang gue lakuin adalah " Yang, masak tadi pelayanan yang ada di Talita ngatain aku jomblo, kamu tega to? Temeninlah kapan-kapan aku kesana," gue laporan ke pacar gue, merengek, nyepam, sampai akhirnya dia mau.
" Iya deh iya, ayok, bulan depan ya," balasnya.
" Lama amat nunggu bulan depan," keluh gue.
" Mau nggak?"
" Iya deh iya."
Setelah sebulan, akhirnya dia mau diajak pergi ke cafe itu. Gue duduk ditempat yang sama, dan berharap ketemu sama pelayanan yang sama.
Gue memesan segelas es Lechy, dan roti bakar ice cream, dan cewek gue memesan secangkir kopi.
" Loh? Emas? Embak?" tanya pelayanan saat mengantar pesanan kami.
Shinta tersenyum tipis sambil mengangguk. Gue tersenyum sombong sambil membusungkan dada " Saya, tidak, JOMBLO!" kata gue dengan memberik tekanan pada kata terakhir.
" Oh, ini pacarnya ya? hmm..," mas-mas itu terlihat mengingat-ingat sesuatu " Mau difoto?"
" Oh gak usah mas!" jawab Shinta dengan cepat.
" Ha? Kok kamu gakmau?" tanya gue heran.
" Aku lagi gak make gincu, Dham!" katanya ngegas,
" Yaudah, gak usah mas," tolak gue. Mas mas pelayanan itu akhirnya pergi. Setidaknya gue seneng, karena kesini gak sendirian diantara lautan orang yang lagi pacaran.
Seminggu kemudian, gue tau kalau cafe itu sekarang punya akun sosmed, Instagram. Gue langsung kepoin tuh akun.
Setelah scroll, scroll, dan scroll. Gue terkejut dengan salah satu postingan yang ada di akun tersebut. Foto Shinta dengan seorang cowok botak berkacamata.
Gue langsung nelpon Shinta, tapi gak diangkat. Gue whatapp tapi gak dibales. Gue Ping!! tapi gak diread. Malamnya gue langsung datang kerumah Shinta.
Malam hari, gue duduk didepan rumah Shinta, menunggu dia keluar dari rumah.
" Hei ada apa sayang?" tanyanya sambil mengusap mata.
" Kamu kemana aja daritadi?!" tanya gue dengan nada kesal " Di telpon gak diangkat, diwhatapp gak dibales, di BBM gak diread!"
" Ha?? Masak??"
" Masak masak, liat tuh HP!"
" Aku tadi tidur, Dham! Lu kira tidur bisa maenan HP!" jawabnya kesal.
" Yaudah maaf!" balas gue kesal juga.
" Terus kamu ngapain kesini?"
Gue ngambil HP gue dari ponsel gue " Ini capa?!"
Shinta terdiam sejenak, berderham sebentar " Itu.. Onta.."
" Onta?! Siapa lagi Onta?!" teriak gue.
" Kamu kan tau aku suka hewan, makanya aku panggil dia Onta," Shinta tampak kebingungan " Kalau kamu, Berang-berang aku," rayunya sambil menggelitik perut gue yang buncit.
" Hnngg!! Onta, Onta, pantesan kemarin kamu gakmau aku ajak kesini jadi ini alasannya?!"
" Hehehe, gak gitu sayang," jawabnya sambil meringis.
" Berang-berang jatuh cinta!"
" Cakep!"
" Makan tuh Onta!" gue lalu pergi ninggalin Shinta.
" Lah, abis jatuh cinta kok pergi?"
" Itu pantun, Oneng!" teriak gue kesal.
" Aihh.. Berang-berangku!!" teriaknya mencoba menhalangi gue pergi. Sebelum drama yang alay terjadi, gue pergi dulu.
Gue dispam, di Line, whatapp, dan dm Instagram gue. Akhirnya semua gue blokir, tapi sejam setelahnya gue unblokir. Gue harap sejam diblokir membuatnya lelah.
Ini bukan tentang hubungan gue sama mantan gue dulu. Tapi, ini tentang cafe yang ada di Ngawi. Ini bisa jadi salah satu refrensi buat kalian yang khawatir apakah pasangan kalian selingkuh atau enggak.
Gue sekarang jadi suka cafe ini. Karena dari sini, gue tau, mana pasangan yang setia dan mana yang enggak. Gue patut curiga kalau misalnya cewek gue gakmau diajak kesini, gue bisa nodong dengan kalimat " Kamu udah kesini sama cowok lain ya?"
Kalau misalnya dia ngeles, atau gak berani, berarti ini tanda bahaya.
Ini adalah cafe yang berbahaya buat para pelakor, penikung, atau apapun sebutannya yang sukanya selingkuh. Gue juga rekomendasiin buat kalian yang mau buat usaha cafe, tolong, bantu gue melestarikan pasangan yang setia. Foto setiap orang yang berpasangan datang ke cafe, mungkin salah satu dari mereka sedang selingkuh.
Gue sebut cafe Talita ini, ' Cafe Anti Selingkuh'
Gue dispam, di Line, whatapp, dan dm Instagram gue. Akhirnya semua gue blokir, tapi sejam setelahnya gue unblokir. Gue harap sejam diblokir membuatnya lelah.
Ini bukan tentang hubungan gue sama mantan gue dulu. Tapi, ini tentang cafe yang ada di Ngawi. Ini bisa jadi salah satu refrensi buat kalian yang khawatir apakah pasangan kalian selingkuh atau enggak.
Gue sekarang jadi suka cafe ini. Karena dari sini, gue tau, mana pasangan yang setia dan mana yang enggak. Gue patut curiga kalau misalnya cewek gue gakmau diajak kesini, gue bisa nodong dengan kalimat " Kamu udah kesini sama cowok lain ya?"
Kalau misalnya dia ngeles, atau gak berani, berarti ini tanda bahaya.
Ini adalah cafe yang berbahaya buat para pelakor, penikung, atau apapun sebutannya yang sukanya selingkuh. Gue juga rekomendasiin buat kalian yang mau buat usaha cafe, tolong, bantu gue melestarikan pasangan yang setia. Foto setiap orang yang berpasangan datang ke cafe, mungkin salah satu dari mereka sedang selingkuh.
Gue sebut cafe Talita ini, ' Cafe Anti Selingkuh'