Minggu, 20 Mei 2018

RAMADHAN DAN KEPERAWANAN TANGAN

Udah puasa aja. Kalau puasa gini, yang sering gue inget itu temen-temen gue waktu masih sekolah dulu. Mengingat semua kejadian waktu bulan puasa, yang paling gue inget sampe sekarang itu kejadian waktu gue masih SD.

Begini ceritanya, gue dulu SDnya di SD swasta yang kepala sekolahnya Pakde gue sendiri. Tapi, itu bukan berarti gue bisa seenaknya, malah gue jadi pribadi yang pendiem. Karena gue mearsa selalu diawasi, dan harus selalu berbuat baik waktu disekolah.

Hm.. gak begitu banyak kejadian menarik yang gue alami waktu SD kecuali kejadian waktu Pondok Ramadhan.












Gini, SD gue dulu tiap tahunnya mengadakan acara Pondok Ramadhan, dan selalu diluar Sekolah. Biasanya sih di daerah pedesaan yang dingin. Biar puasanya kuat, gitu sih alasannya. Tapi, Pondok Ramadhan diluar sekolah baru bisa diikuti kelas 3 SD sampai kelas 6 SD.

Nah, dulu waktu kelas 3 SD, itu pertama kali gue ikut, dan ini yang paling berkesan. Kalau gak salah, tempatnya di Sine. Itu daerah pegunungan, hmm.. kalau gue gak salah inget itu dilereng gunung, dan disana emang tempatnya dingin.

Waktu Pondok Ramadhan, akan dibagi menjadi beberapa kelompok, dan tiap kelompok terdiri dari 4 orang. Tiap kelompok nantinya akan menginap dirumah salah satu warga. Bantu mereka masak, nyuci, nyapu, ngepel, dan ngasih bantuan berupa makanan atau pakaian.

Gue sekelompok sama Dimas, Lambang, dan Simon. Untung, gue kenal baik mereka bertiga, Dimas dan Lambang ini anak kembar, dan sama kayak gue penggemar Anime, terutama Naruto. Kalau Simon ini temen main PS gue. Sering gue kerumahnya buat main PS bareng.

" Waaahhhh, Dimas, Lambang, Simon!!" teriak gue ketika tau kalau gue sekelompok dengan mereka bertiga.

" Wooooeeee Harii!!! (ini nama panggilan gue waktu kecil)" balas Dimas dan Lambang bersamaan.

Hanya Simon yang terlihat diam. Dia tampak risau. Pikir gue saat itu, mungkin dia belum terbiasa diluar rumah.

" Mon, ayuk masuk kedalam rumah," ajak gue sambil menarik tangan Simon yang terdiam sendiri didepan rumah singgah kami.

" Eh, gak usah digandeng," katanya sambil melepaskan tangan gue " Bentar," Simon berjalan kearah yang berlawanan, dia menjauh dari rumah singgah.

Sebenernya agak bingung gue saat itu dengan sikap Simon. Tapi, Yaudahlah nanti dia juga balik sendiri kalau udah selesai sama urusannya.

Setelah sekitar 1 jam, akhirnya Simon masuk kedalam rumah singgah. Dia membawa perlengkapannya, dan sekarung jajan.

" Nih, buat persediaan kita selama disini," kata Simon, lalu ditaruhnya semua jajanan itu dilantai.

Kami kegirangan dan seneng banget, ada anak dermawan yang bawa banyak makanan.

Nah, masuk hari pertama. Hari ini biasa-biasa aja, cuman kegiatan pengenalan kepada induk semang, buka bersama, tarawih, ceramah bentar, lalu tidur.

" Kalau tiap hari gini mah, gue betah deh," komentar gue sambil ongkang-ongkan diatas kasur " Udah dingin, gak ngapa-ngapain, tinggal tidur makan doang."

" Eh, lu udah liat jadwal belum, ntar malam ada jelajah loh," sahut Dimas.

" Iya, ntar malam ada jelajah, Har, seruh nih kayaknya!" tambah Lambang dengan wajah
bersemangat.

" Nanti kalau ada Mumun gimana?" Tanya Dimas ketakutan.

" Ah paling cuman keliling sini-sini aja, itu mah enteng," dengan sombongnya gue ngomong kayak gitu " Mana ada Mumun puasa-puasa gini?"

Gue melihat kearah Simon, dia duduk tenang, dan agak berkeringat " Tuh, lihat Simon aja woles banget."

Malam hari tiba, dan kami dibangunkan jam 12 malam. Acara jelajah dimulai. Satu persatu kelompok diberangkatkan, dan kami berempat adalah kelompok terakhir yang diberangkatkan.

" Ini rutenya, nanti kalian diberangkatkan perkelompok,!" teriak salah seorang pembimbing gue.

" Siap? Nanti kalau ketemu Mumun, lu gak takutkan?" ledek gue kepada Dimas.

" Har, gak usah gitu ah!" jawab Dimas ketakutan sambil getok kepala gue.

" Iyeeeee!!"

Kami berjalan udah hampir setengah jam. Dan sama sekali gak ada kejadian janggal. Tapi, sebenernya disinilah kejanggalan itu dimulai.

" Har, Hari," kata Simon sambil narik baju gue.

" Kenapa?"

Simon terliaht berkeringat, gue saat itu takut kalau dia keringat dingin dan pingsan " Itu, ada kamar mandi, anterin gue kesana dong, temenin sekalian." pintanya.

Gue mengangguk " Udah kalian duluan aja nanti gue nyusul sama Simon," pinta gue kepada Dimas dan Lambang " Ayook, Mon."

Sekitar 15 menit kemudian, gue mendengar teriakandari Dimas dan Lambang. Gue rasa mereka menemukan sesuatu yang janggal. Gue merasa bersyukur gak ikut jalan sekarang.

Waktu itu udah bener-bener larut malam banget, mungkin sekitar jam 1. Untungnya lampu jalan masih menyala, dan gue berada ditempat aman bersama Simon.

" Har, Hari," rintih Simon dari dalam kamar mandi.

" Hmm??'" jawab gue.

" Gue minta tolong lagi boleh?"

" Apaan?"

" Masuk gih, sini bentar."

Gue masuk kedalam kamar mandi. Melihat Simon ngangkang dengan wajah lega " Cebokin dong, Har," pintanya sambil tersenyum malu.

" Ha??? Cebokin??" tanya gue gak percaya.

" Hehe, iya, please," pinta Simon sambil pringas pringis.

Tiba-tiba lampu jalan mati. Dalam kamar mandi berukuran 2x2 cukup luas, dan lampu kamar mandi masih menyala. Gue takut buat keluar karena gelap, akhirnya gue memutuskan untuk cebokin Simon.

Rasanya kayak angge orong-orong. Gak melok gawe, melok nyebok. Nyentuh bokongnya itu rasanya kayak tangan gue udah ternodai. Gak suci, dan perlu dimandiin bunga 7 rupa.

Setelah selesai dicebokin, kurang ajarnya Simon malah ketiduran. Udah tangan gue gak diperawani, sekarang malah ditinggal tidur. Selama berjam-jam didalam kamar mandi,berharap ada orang yang menemukan kami berdua didalam.

Setelah 2 jam menunggu, akhirnya instruktur tadi menemukan kami berdua. Dia heran apa yang kami berdua lakukan didalam kamar mandi berdua.

" Saya nemeni Simon buang air pak," jawab gue polos, berusaha menutupi tangan gue yang udah gak perawan lagi.

" Aduh.. udah waktunya sahur keluar sini," perintah pak Guru.

Dan kami keluar.

Simon digendong sama guru gue karena dia masih tertidur. Gue melihat dia, lalu ngeliat tangan gue " Ini udah gak suci!" batin gue saat itu.

Dan sekarang kalau ketemu Simon, rasanya pengen nampol pantatnya yang buat tangan gue udah gak suci lagi.

Semoga calon Bapak dan Ibu pembaca mengajadi cara cebok sejak Balita. Ketika nanti anak kalian ada acara diluar dimemperawani tangan temannya.

0 komentar:

Posting Komentar