Kita akan dihadapkan dengan berbagai pilihan, selalu dan pasti. Sadar gak sadar, bangun tidur itu juga kita udah memilih, setelah kita bangun kita juga dihadapkan sama pilihan lagi. Bahkan, saat bokerpun kita akan dihadapkan dengan pilihan tanpa mungkin kita sadari.
Jadi, gini ceritanya. Beberapa hari kemaren Aksa sebelum pulang ke Bogor lagi Aksa sempet main kerumah temen Aksa, Roni. Roni ini temen Aksa dari SMP anaknya loyal banget, ter-skuy living. Diajak kemana-mana pasti ayo, dan selalu yang bayarin.
"Yakin lu gakmau kemana-mana?" tanya Roni waktu gue main kerumahnya.
"Enggak, udah disini aja, besok gue udah balik, gue cuman pengen main kerumah lu."
"Asek, tumben lu romantis gitu, tapi gue tinggal bentar gakpapa ya? Lu main PS aja dulu didepan, gue pergi bentar."
"Yah, gue kesini lu malah pergi, gimana sih," keluh Aksa.
Roni menepuk pundak Aksa, menatap matanya tajam dan berkaca-kaca "Gak lama kok, Sa."
"Etdah, lu kayak homo aja, yaudah sana pergi!"
Roni langsung cabut ninggalin Aksa diruang tamu. Gak lama kemudian papah Roni dateng.
"Loh mas Aksa, kapan dateng?" sapanya ramah sambil menghampiri Aksa.
"Baru kok Om hehe"
"Roni kemana mas?" tanya Papahnya sambil clingak-clinguk nyari Roni.
"Katanya tadi keluar bentar, Om."
"Loh, pie to, ada temennya kok ditinggal-tinggal," keluh Papahnya sambil menepuk jidatnya. Lalu Papah Roni ninggalin Aksa juga, tapi gak lama kemudian dia kembali dengan membawa es Sirup dan cemilan "Nih, nak cemilan sama minumnya," Papahnya dateng dan menyuguhi Aksa.
"Wah, makasih Om, jadi enak nih saya."
"Hahaha, bentar ya,"Papahnya kembali ninggalin gue, lalu kembali sambil membawa seliter botol minum.
Wah minuman tambahan pikir gue. Warna putih kentel kek Susu gitu, Aksa pikir keknya enak nyampur sirup sama Susu. Tapi sepertinya Papahnya gak mau berbagi minumannya, karena Susu itu diletakkan disampingnya.
Aksa melahap cemilan yang dihidangkan. Cemilannya favorit Aksa lagi, makanan manis-manis dan coklat, Sirupnya juga bukan Marjan, gaktau ini Sirup merknya tapi enak menurut Aksa. Papah Roni hanya tersenyum melihat gue makan.
"Om, saya makan hehe" karena sungkan gue makan mulu sambil diliatin Papahnya Roni.
"Iya mas habisin aja, lagian itu gak bakalan habis kalau gak ada tamu mas."
Gue hanya ketawa kecil sambil makan. Astaga kenapa Aksa rakus ya karakternya. Eh kan gue yang buat -_-
"Kamu hobinya apa mas?"
"Baca koran, pak, sama naik gunung," jawab Aksa sambil tetap melahap makanan.
"Udah punya cewek belum?"
Aksa tersendat, lalu melihat kearah Papahnya Aksa. Sepertinya Papahnya tau kalau Aksa itu jomblo, lalu dia tertawa.
"Hahaha, mas mas kamu kok lucu ditanya gitu doang keselek. Cari dong mas. Maskan gak jelek-jelek amat," Papahnya terdiam sebentar "Maaf, maksud saya mas kan masih muda, temen cewek juga banyak bla bla bla" Aksa nangkep maksud Papahnya minta maaf adalah sindiran kalau Aksa itu jelek.
"Iya Om, ini juga nyari tapi belum ada yang mau," jawab Aksa melas.
"Hahaha, kamu kurang nunjukin apa yang kamu tonjolin sih!"
Aksa melihat kesekeliling badannya. Satu-satunya yang menonjol dari Aksa hanya perutnya, tapi sayang menonjolnya kedalam. Karena Aksa badannya kurus.
"Kamu kuliah dimana mas?" tanya Papahnya.
"Di IPB Om."
"Institut Pakuan Bogor?"
"Pertanian Om!! Pertanian!!" jawab Ajsa ngegas.
"Hahaha, kok kamu lucu sih, mas. Dulu Om juga pernah tuh ke Bogor, wih di Bogor enak tuh. Ceweknya cakep-cakep, tempat wisata juga banyak ada curug, air terjun, Kebun Raya, puncak cisarua, wiihh bisa maen mulu kamu disana mas. Makanannya juga enak-enak, Sate Maranggi, soto kuning, Soto Mie, Laksa bla bla bla " papahnya Roni cerita kek dia hafal bener Bogor lebih dari gue malahan yang paling makan di warteg, sama YC.
"Andai saya masih kayak kamu mas," lalu papahnya meneguk seliter air yang dia bwa tadi, sekali minum coba "Sekarang mah, kalau udah tua gini saya banyak pantangannya."
Gak lama kemudian Roni dateng "Eh papah, Aksa bukan calon aku ya, jadi gak usah kepo-kepo banget sama dia. Lagian dia gak ganteng!"
"Lu juga gak ganteng Roni, dan gue gak homo!" jawab Aksa.
Roni dan Papahnya ketawa. Lalu diajaknya Aksa kekamar Roni. Roni udah bawain martabak keju manis dan roti bakar bandung.
"Gue tuh kalau liat papah kasian, Sa," kata Roni lesu "Papah tuh, udah jarang bisa diajak kemana-mana takut kecapean ntar sakit. Ngajakin makan aja juga harus pilih-pilih, gak boleh makan manislah, ayamlah, macem-macem deh."
"Loh, tapi papahmu itu sehat gitu minum susu seliter gitu langsung habis lagi."
"Susu gundulmu! itu obatnya Papah, sehari harus minum segitu emang, buat ngontrol gulanya."
"Oh, pake susu ngontrolnya? Enak dong, gue suka minum susu."
"Ngomong susu lagi, ntar gue cekokin lu sama obatnya papah," kata Roni kesal.
Aksa tertawa, lalu Roni kembali nerusin ceritanya "Gue gakmau kayak Papah, gak bisa nemenin gue makan, jalan-jalan. Gue kuliah jauh, pulang-pulang jarang bisa main sama Papah, paling jagain dia dirumah, kadang nganterin dia ke rumah sakit. Makanya gue anaknya kalau diajak kemana-mana skuy aja, karena bosen, Sa dirumah mulu."
Aksa terdiam liat Roni wajahnya seketika berubah agak sedih.
"Papah tuh dulu, hobinya main, sama makan. Beh, Sa, lu kalau tanya liburan kemana, makanan apa dia pasti hafal, tapi gak pernah ngajak gue kesana. Eh jarang sih. Papah tuh selalu ngomong, 'Kamu tuh investasi terbesar Papah, nak' hmm yaudahlah," Roni gak melanjutkan kalimatnya. Aksa tau maksudnya gimana.
Sehari setelah Aksa dari rumah Roni barulah Aksa balik ke Bogor. Aksa teringat disini pesen papah Roni ke anaknya "Kamu tuh investasi terbesar Papah," tapi, dari cerita Roni gue juga tau, kalau Papahnya lupa berinvestasi untuk dirinya sendiri.
Sekali lagi, hidup itu pilihan, tapi hati bukan tuk dipilih. Eh malah jadi lagunya Fiersa Besari. Enggak maksud Aksa hidup itu bener-bener pilihan. Kayaknya jadi Papahnya Roni tuh enak dulu, main kemana-mana, makan sana sini, tapi sekarang, Papahnya gak bisa menikmati itu bersama Roni.
Papahnya udah memilh untuk menghabiskan masa mudanya untuk bersenang-senang. Dan mungkin masa waktu bersenang-senangnya sudah dihabiskan waktu masih muda, dan sekarang dia harus menjaga masa tuanya agar tetap ada unutuk melihat Roni tumbuh dewasa.
Aksa membayangkan kalau dulu Papahnya seorang atlet, menjaga kesehatannya, mungkin aja sekarang dia bisa nemenin Roni jalan kemana-mana, dan gak perlu mengatur makanannya seketat sekarang ini.
Well, Aksa mengingatkan lagi, semua itu pilihan buat temen-temen. Semua ada enak dan enggaknya, tinggal mau pilih yang mana dulu.
0 komentar:
Posting Komentar