This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 13 Oktober 2018

SAWANG SINAWANG

Hidup ini sawang sinawang, gue banyak belajar banyak hal dari yang gue gak suka. Karena dibalik itu semua, kalau kita mau membuka pikiran, kita merasa beruntung gak berada diposisi mereka.

Ini terjadi waktu bulan puasa kemarin. Gue balik ke Ngawi, dan kumpul bareng temen-temen gue. Kebanyakan masih kuliah, dan membahas tentang skripsi. Gue yang gak tau apa-apa cuman ngaplo doang.

" Asu, dosen gue emang, dia yang janji dia yang ngingkari!" kata Dhovan salah satu temen gue yang menajalankan skripsi.

" Lah, sama, Dosen gue juga suka Jambu, Janji Busuk!" sahut Gilang.

Gue yang dengerin mereka berasa kayak dengerin lagu Roma Irama - Kegagalan Cinta, dan Matta - Jambu ( Janji - Janji Busuk ).

" Hah, sama gue dulu juga sering dijanjiin busuk, diingkari janjinya sama mantan gue," kata gue nimbrung.

Dhovan dan Gilang menatap gue dengan tatapan sinis. Seolah Janji busuk seorang mantan gak ada apa-apanya dibanding Janji Busuk seorang dosen.

Gue menciut, lali melipir sedikit, buka HP, SMS Doi " Kamu lagi dimana, Bel? Aku telpon dong."

" Aku lagi diluar, nanti ya," balasnya cepat.

Mampus, dan disini gue gak bisa ngomong apa-apa.

" Lek!" Gue manggil Lek (om) yang jaga angkringan.

Lek'e berjalan kearah gue," Iya mas, mau pesen apa?"

" Gak bosen jualan? Sini dong, Angkring sama saya!" Kata gue sambil menyuruhnya duduk.

Lek Angkringan menatap gue datar. Lalu memberesi gelas yang udah kosong disekitar gue.

Tak lama kemudian, temen gue dateng " Brummm!!!!!" suara motor Ninjanya digas-gasin waktu dia dateng.

" Woee!! Bos Idham, Dhovan, Gilang!!" katanya sambil menyalami kami bertiga satu persatu.

Gue gak berharap sebenernya dia dateng, kenalin, namanya Jon. Jon ini Polisi, followersnya banyak, dan hobinya ngabisin cewek.

Enggak, serius, maksud gue dia gagah, ganteng, dan berduit. Gue kalau homo juga mau. Eh enggak, aduh, malah salah fokus. Jon, ini udah ngencanin banyak cewek, dan semuanya cakep dan bahenol.

" Lek, sayap, kepala, nasi kucing, sama es teh ya!!" teriaknya.

Gue cuman diem. Gue gak begitu tertarik, karena gue tau sebentar lagi dia bahas apa.

" Cakep, Dham?" Katanya sambil menunjukan foto cowok yang ada di HP-nya.

Gue hanya mengangguk, gue nunjukin kalau gue gak begitu peduli.

Jon menggelengkan kepala " Sayang."

" Sayang, udah lu hamilin?" sahut Gilang.

" Palelu! Mana ada gue ngehamilin cewek!" jawab Jon kesal.

" Lu tiap kesini bahas cewek mulu, Jon. Lu mah gitu, gonta-ganti cewek, ntar sekalian aja se-Ngawi lu kencani semua. Abis dah tuh cewek udah lu cicipin!" kata gue kesel.

" Hahaha, Ya Enggaklah, gue sisain buat kalian!" jawabnya dengan begaya sok-sokan.

Setelah makanan Jon datang, kami kembali dengan kesibukan masing-masing. Sayangnya, hanya gue yang masih nganggur. Bella masih jalan-jalan, Dhovan dan Gilang malah mabar. Jon makan, dan gue gak tertarik buat ngobrol bareng dia.

Gue berbaring di karpet. Lalu ngeliat-liat Instagram barang kali ada yang menarik.

" Lu gimana kabarnya sekarang, Dham? Kan lu sekarang jadi anak kota," katanya sambil menyantap makanannya.

" Ya, masih gini-gini aja," balas gue datar.

" Ribet ya, di Jakarta?"

" Enggak kok, seneng."

Jon menyelesaikan makannya. Lalu meneguk teh. "Gak enak ya,Dham, jadi ganteng."

Buset, ni bocah sombong banget, tapi gue tau nih, dia pasti merendah buat meroket, jadi gue ikutin alurnya aja gue tinggi-tinggi-in dia " Ya, kan enak, Jon, lu bisa gampang dapet cewek. Bedain dong sama kita bertiga. Liat tuh mereka, kencannya juga paling sama Freya atau Miya."

" Hahaha!" Jon ketawa lepas " Lalu dia berbaring disamping gue " Susah, Dham."

" Lu idup enak, malah ngomong susah, kurang bersyukur lu!" jawab gue sewot.

" Buset, ngegas ni, koreng," jawab Jon, spontan.

Gue gak memperdulikannya, dan mainan HP.

" Dham, lu punya cewek gak?"

Gue menatapnya dengan tatapan sinis " Punya, jangan sampe lu tau!"

" Guekan cuman nanya," jawabnya " Gue kadang takut, Dham, kalau ada yang deketin gue."

Gue menatapnya dengan heran " Napa lu takut bukannya malah seneng?"

Jon mengangkat bahunya," Ya, kenapa dia deketin gue? Gue selalu mencari alasan itu, dan kenapa dengan gampangnya gitu dateng."

" Ya, gaktau, kan suka sama elu, Jon."

" Itu yang gue takut, gue takut suka mereka itu karena hal yang gak gue pengen, gue takut mereka suka itu gak tulus," balasnya lemas.

" Lah, lu bukannya ceweknya banyak, fak!" jawab gue kesel.

" Enggak, itu dulu, sekarang gue malah gak punya."

Masih gak percaya kalau Jon gak punya cewek. Gue aja ngira kalau dia kesini tadi pasti habis ena-ena.

" Gue tadi abis mutusin cewek gue, Dham," katanya lemas.

" Napa?"

" Dia gak tulus. Dia sering ngajakin jalan, minta dibeliin ini itu, dia ngincer duit gue buat kesenangannya. Kemarin juga ada, yang deket sama gue, tapi ternyata dia cuman pengen buat sensasi biar dia tenar, kan followers gue 100k, itu aja seperempatnya gue beli followers," Jon duduk lagi " Ah gak enak cerita sambil tidur, duduk dong, Dham."

Gue duduk, dan untuk pertama kalinya gue mau dengerin cerita Jon. Karena ini diluar bahasan biasanya, dia gak bahas ceweknya.

" Gue kadang serba salah, mungkin lu ngira enak kali ya jadi gue, tapi sebenernya gue pengen biasa-biasa aja, gue gak pengen punya kelebihan kalau pada akhirnya yang deket cuman pengen seragam gue, duit gue, followers gue," Jon matanya berkaca-kaca.

" Eh, lu jangan nangis, Jon."

" Mana ada, ini pedes, Dham, lomboknya!" dengan spontan dia ngambil lombok dan dimakannya. Gue tau dia sengaja menyantapnya biar gak keliatan matanya berkaca-kaca.

" Hahaha! kocak lu, gue kira lu enak kali. Punya banyak kelebihan, dibandingin yang lain, kenapa lu bisa mikir gitu?"

" Karena gue sering ngalamin kayak gini. Ya namanya juga hidup, Dham, sawang sinawang, lu ngeliat gue enak, tapi gue ngerasainnya gak gitu juga."

Gue hanya sedikit tertawa kecil dan mengangguk.

" Cewek yang easy come, pasti easy go, percaya deh sama gue," katanya menatap gue dengan penuh arti.

Ya, gue pikir, kalau diruntut kebelakang emang gitu sih. Yang datengnya gampang, mereka bakalan dengan gampang pergi. Find who hard to come, so she will hard to go.

" Ah udah ah, gue balik dulu," kata Jon beranjak berdiri.

Gue memegang kakinya " Gak usah nangis," kata gue sambil memandanginya dengan rasa melas.

" Mana ada, Njir!"

Dan malam itu gue gak jadi telpon, doi udah capek, dan gue biarin tidur aja. Dhovan dan Gilang masih kencan. Tapi dengan setia gue nunggin kencan mereka.

Gue berpikir tentang apa yang dikatakan sama Jon. Ya, gue ngeliat Jon dengan segala kelebihannya, dan kadang gue berharap bisa seperti dia, ternyata dia justru sebaliknya.

Kelebihan dalam diri, Jon, tidak mendatangkan ketenangan. Karena dia takut, orang gak tulus sama Jon.

Hidup itu emang sawang sinawang, ojo gur nyawang seng ketok. Hidup ini saling melihat satu sama lain, jangan hanya melihat hanya dari 1 sudut pandang aja.