"Gue kemarin hampir aja dikutuk, Han," keluh Aksa saat bertemu Rehan di cafetaria Bogor.
"Sampe dikutuk?" tanya Rehan heran.
Aksa mengangguk lalu memangku kepalanya. Hari ini hujan, mereka dicafetaria antara berteduh, dan berdiskusi. Hujan ngingetin Aksa tentang mantannya.
Dulu Aksa punya pacar namanya Sandra. Aksa dulu pernah kencan bareng Sandra, kala hujan, Aksa make motor Astrea antiknya kombinasi warna merah dan putih. Tanpa mengenakan helm, tanpa punya SIM.
Aksa kebayang-bayang cerita Dilan yang dia lihat sebelum kencan bareng Sandra. Dilan dan Milea hujan-hujan tanpa make jas ujan, tanpa make helm.
Hujan yang semakin deras membuat adrenalin Aksa ngegas motor makin kencang. Sampe rumah Sandra mereka basah kuyuh.Aksa langsung pamit balik kerumah setelah nganter Sandra, walaupun sebenernya Sandra mempersilahkan Aksa singgah dirumahnya beberapa saat buat ngeringin badan. Atau mungkin bisa make kaos/baju Bapaknya dulu, tapi Aksa menolak.
Sebelum Aksa pulang, Aksa membuka jok motor Astreanya, mengenakan helm dan mantel.
"Lah kamu ada helm sama mantel, Sa?" tanya Sandra.
"Iya, emang ada, kenapa?"
"Kenapa gak dipake dari tadi, bego!!" jawab sandra dengan nada kesal.
"Biar kayak ceritanya Dilan, San, kan romantis,"
"Romantis apanya koreng shaolin!! Ni kita basah kuyup kalau sakit gimana? Mikir dong, jangan cuman ngayal cerita di Novel doang!!" Sandra langsung masuk kedalam rumah.
"Tapi, San!!" teriak Aksa. Suasanannya kala itu jadi drama banget "Sandra!!!" teriak Aksa.
"Apa? Gak usah teriak-teriak, malu didenger tetangga, mulai sekarang kita putus! Gue gakmau punya cowok bego!" Sandra membanting pintu rumahnya. Dan Aksa hanya bengong.
Aksa memandangi jendela luar cafetaria dengan tatapan nanar. Seolah dia membayangkan kalau Sandra tau betapa mesranya goncengan ujan-ujan, pasti dia sekarang yang nemenin ngopi, bukan sama si brengsek Rehan yang buat Aksa hampir terkutuk.
"Sa, woi!" panggil Rehan.
Aksa menanggapinya dengan mengangkat salah satu alisnya.
"Lu diem aja, kayak cewek ngambek. Tenang kan masih ada Ratna sama Issabella," kata Rehan berusaha menyemangati.
Aksa tak terlalu menggubris apa yang dikatakan Rehan "Gila ya, jaman sekarang masih ada cewek kayak Ajeng. Jangan-jangan entar kalau gue sakit masuk rumah sakit mesti ada hari baiknya, gue beli rumah masuk rumahnya juga perlu hari baiknya, busett untung gak jadi," Aksa melipat tangannya diatas meja meneguk kopi yang dia pesan "Pait ni kopi."
"Ya jelas bambang, kan lu pesen Americano tanpa gula!"
"Apalagi sama elu, jadi pait, dasar cobreng."
"COBRENG?!"
"Cowo brengsek."
"Kalau gue brengsek, gue gak ngenalin lu sama Ajeng."
"Yaudah Homo."
"Buset lu kayak cewek yang diomongin Raidtya Dhika aja," kata Rehan kesal.
"Yaudah tuh mana si, siapa tuh, Ratno?" tanya Aksa malas.
"Ratna, Sa!" Rehan mengambil HPnya membuka galeri fotonya, lalu menunjukan foto Ratna pada Aksa.
"Widiw, boleh juga nih, berisi," kata Aksa yang tiba-tiba semangat waktu liat Ratna.
"Buset langsung napsu gitu lu liatnya,"Aksa mengambil HPnya "Tapi, gue gaktau banyak info soal Ratna, kayaknya dia anak kampus kita, tapi dia mungkin transfer dari kampus mana gitu. Anak-anak juga gak ada yang tau. Dia jarang berinteraksi juga."
Aksa berpikir sejenak "Gakpapa deh, biar gue tau sesuai sama penilaian gue sendiri aja."
"Nah gitu dong," kata Rehan sambil menepuk pundak Aksa.
"Tapi, kalau emang Ratna pendiam dan jarang berinteraksi, kok lu bisa dapet kontaknya?" tanya Aksa agak bingung.
"Gue orang dalem, kan lu tau sendiri gue deket sama bagian TU. Gak susah buat gue cari info soal anak kampus, Sa."
Aksa tersenyum ke sahabat baiknya. Seolah dia adalah penyelamat dan jawaban atas doa Aksa, eh enggak, seolah Rehan adalah kontak jodoh.
Aksa langsung mengambil langkah cepat. Dia gak pikir panjang.
"Hai.. Ratna ya?"
Bersambung
Stay tune di tanggal 15 Januari nanti ya
"Sampe dikutuk?" tanya Rehan heran.
Aksa mengangguk lalu memangku kepalanya. Hari ini hujan, mereka dicafetaria antara berteduh, dan berdiskusi. Hujan ngingetin Aksa tentang mantannya.
Dulu Aksa punya pacar namanya Sandra. Aksa dulu pernah kencan bareng Sandra, kala hujan, Aksa make motor Astrea antiknya kombinasi warna merah dan putih. Tanpa mengenakan helm, tanpa punya SIM.
Aksa kebayang-bayang cerita Dilan yang dia lihat sebelum kencan bareng Sandra. Dilan dan Milea hujan-hujan tanpa make jas ujan, tanpa make helm.
Hujan yang semakin deras membuat adrenalin Aksa ngegas motor makin kencang. Sampe rumah Sandra mereka basah kuyuh.Aksa langsung pamit balik kerumah setelah nganter Sandra, walaupun sebenernya Sandra mempersilahkan Aksa singgah dirumahnya beberapa saat buat ngeringin badan. Atau mungkin bisa make kaos/baju Bapaknya dulu, tapi Aksa menolak.
Sebelum Aksa pulang, Aksa membuka jok motor Astreanya, mengenakan helm dan mantel.
"Lah kamu ada helm sama mantel, Sa?" tanya Sandra.
"Iya, emang ada, kenapa?"
"Kenapa gak dipake dari tadi, bego!!" jawab sandra dengan nada kesal.
"Biar kayak ceritanya Dilan, San, kan romantis,"
"Romantis apanya koreng shaolin!! Ni kita basah kuyup kalau sakit gimana? Mikir dong, jangan cuman ngayal cerita di Novel doang!!" Sandra langsung masuk kedalam rumah.
"Tapi, San!!" teriak Aksa. Suasanannya kala itu jadi drama banget "Sandra!!!" teriak Aksa.
"Apa? Gak usah teriak-teriak, malu didenger tetangga, mulai sekarang kita putus! Gue gakmau punya cowok bego!" Sandra membanting pintu rumahnya. Dan Aksa hanya bengong.
Aksa memandangi jendela luar cafetaria dengan tatapan nanar. Seolah dia membayangkan kalau Sandra tau betapa mesranya goncengan ujan-ujan, pasti dia sekarang yang nemenin ngopi, bukan sama si brengsek Rehan yang buat Aksa hampir terkutuk.
"Sa, woi!" panggil Rehan.
Aksa menanggapinya dengan mengangkat salah satu alisnya.
"Lu diem aja, kayak cewek ngambek. Tenang kan masih ada Ratna sama Issabella," kata Rehan berusaha menyemangati.
Aksa tak terlalu menggubris apa yang dikatakan Rehan "Gila ya, jaman sekarang masih ada cewek kayak Ajeng. Jangan-jangan entar kalau gue sakit masuk rumah sakit mesti ada hari baiknya, gue beli rumah masuk rumahnya juga perlu hari baiknya, busett untung gak jadi," Aksa melipat tangannya diatas meja meneguk kopi yang dia pesan "Pait ni kopi."
"Ya jelas bambang, kan lu pesen Americano tanpa gula!"
"Apalagi sama elu, jadi pait, dasar cobreng."
"COBRENG?!"
"Cowo brengsek."
"Kalau gue brengsek, gue gak ngenalin lu sama Ajeng."
"Yaudah Homo."
"Buset lu kayak cewek yang diomongin Raidtya Dhika aja," kata Rehan kesal.
"Yaudah tuh mana si, siapa tuh, Ratno?" tanya Aksa malas.
"Ratna, Sa!" Rehan mengambil HPnya membuka galeri fotonya, lalu menunjukan foto Ratna pada Aksa.
"Widiw, boleh juga nih, berisi," kata Aksa yang tiba-tiba semangat waktu liat Ratna.
"Buset langsung napsu gitu lu liatnya,"Aksa mengambil HPnya "Tapi, gue gaktau banyak info soal Ratna, kayaknya dia anak kampus kita, tapi dia mungkin transfer dari kampus mana gitu. Anak-anak juga gak ada yang tau. Dia jarang berinteraksi juga."
Aksa berpikir sejenak "Gakpapa deh, biar gue tau sesuai sama penilaian gue sendiri aja."
"Nah gitu dong," kata Rehan sambil menepuk pundak Aksa.
"Tapi, kalau emang Ratna pendiam dan jarang berinteraksi, kok lu bisa dapet kontaknya?" tanya Aksa agak bingung.
"Gue orang dalem, kan lu tau sendiri gue deket sama bagian TU. Gak susah buat gue cari info soal anak kampus, Sa."
Aksa tersenyum ke sahabat baiknya. Seolah dia adalah penyelamat dan jawaban atas doa Aksa, eh enggak, seolah Rehan adalah kontak jodoh.
Aksa langsung mengambil langkah cepat. Dia gak pikir panjang.
"Hai.. Ratna ya?"
Bersambung
Stay tune di tanggal 15 Januari nanti ya