This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 30 Desember 2018

INDAHNYA PDKT AKSA II : RATNA BAGIAN I

"Gue kemarin hampir aja dikutuk, Han," keluh Aksa saat bertemu Rehan di cafetaria Bogor.

"Sampe dikutuk?" tanya Rehan heran.

Aksa mengangguk lalu memangku kepalanya. Hari ini hujan, mereka dicafetaria antara berteduh, dan berdiskusi. Hujan ngingetin Aksa tentang mantannya.

Dulu Aksa punya pacar namanya Sandra. Aksa dulu pernah kencan bareng Sandra, kala hujan, Aksa make motor Astrea antiknya kombinasi warna merah dan putih. Tanpa mengenakan helm, tanpa punya SIM.

Aksa kebayang-bayang cerita Dilan yang dia lihat sebelum kencan bareng Sandra. Dilan dan Milea hujan-hujan tanpa make jas ujan, tanpa make helm.

Hujan yang semakin deras membuat adrenalin Aksa ngegas motor makin kencang. Sampe rumah Sandra mereka basah kuyuh.Aksa langsung pamit balik kerumah setelah nganter Sandra, walaupun sebenernya Sandra mempersilahkan Aksa singgah dirumahnya beberapa saat buat ngeringin badan. Atau mungkin bisa make kaos/baju Bapaknya dulu, tapi Aksa menolak.

Sebelum Aksa pulang, Aksa membuka jok motor Astreanya, mengenakan helm dan mantel.

"Lah kamu ada helm sama mantel, Sa?" tanya Sandra.

"Iya, emang ada, kenapa?"

"Kenapa gak dipake dari tadi, bego!!" jawab sandra dengan nada kesal.

"Biar kayak ceritanya Dilan, San, kan romantis,"

"Romantis apanya koreng shaolin!! Ni kita basah kuyup kalau sakit gimana? Mikir dong, jangan cuman ngayal cerita di Novel doang!!" Sandra langsung masuk kedalam rumah.

"Tapi, San!!" teriak Aksa. Suasanannya kala itu jadi drama banget "Sandra!!!" teriak Aksa.

"Apa? Gak usah teriak-teriak, malu didenger tetangga, mulai sekarang kita putus! Gue gakmau punya cowok bego!" Sandra membanting pintu rumahnya. Dan Aksa hanya bengong.

Aksa memandangi jendela luar cafetaria dengan tatapan nanar. Seolah dia membayangkan kalau Sandra tau betapa mesranya goncengan ujan-ujan, pasti dia sekarang yang nemenin ngopi, bukan sama si brengsek Rehan yang buat Aksa hampir terkutuk.

"Sa, woi!" panggil Rehan.

Aksa menanggapinya dengan mengangkat salah satu alisnya.

"Lu diem aja, kayak cewek ngambek. Tenang kan masih ada Ratna sama Issabella," kata Rehan berusaha menyemangati.

Aksa tak terlalu menggubris apa yang dikatakan Rehan "Gila ya, jaman sekarang masih ada cewek kayak Ajeng. Jangan-jangan entar kalau gue sakit masuk rumah sakit mesti ada hari baiknya, gue beli rumah masuk rumahnya juga perlu hari baiknya, busett untung gak jadi," Aksa melipat tangannya diatas meja meneguk kopi yang dia pesan "Pait ni kopi."

"Ya jelas bambang, kan lu pesen Americano tanpa gula!"

"Apalagi sama elu, jadi pait, dasar cobreng."

"COBRENG?!"

"Cowo brengsek."

"Kalau gue brengsek, gue gak ngenalin lu sama Ajeng."

"Yaudah Homo."

"Buset lu kayak cewek yang diomongin Raidtya Dhika aja," kata Rehan kesal.

"Yaudah tuh mana si, siapa tuh, Ratno?" tanya Aksa malas.

"Ratna, Sa!" Rehan mengambil HPnya membuka galeri fotonya, lalu menunjukan foto Ratna pada Aksa.

"Widiw, boleh juga nih, berisi," kata Aksa yang tiba-tiba semangat waktu liat Ratna.

"Buset langsung napsu gitu lu liatnya,"Aksa mengambil HPnya "Tapi, gue gaktau banyak info soal Ratna, kayaknya dia anak kampus kita, tapi dia mungkin transfer dari kampus mana gitu. Anak-anak juga gak ada yang tau. Dia jarang berinteraksi juga."

Aksa berpikir sejenak "Gakpapa deh, biar gue tau sesuai sama penilaian gue sendiri aja."

"Nah gitu dong," kata Rehan sambil menepuk pundak Aksa.

"Tapi, kalau emang Ratna pendiam dan jarang berinteraksi, kok lu bisa dapet kontaknya?" tanya Aksa agak bingung.

"Gue orang dalem, kan lu tau sendiri gue deket sama bagian TU. Gak susah buat gue cari info soal anak kampus, Sa."

Aksa tersenyum ke sahabat baiknya. Seolah dia adalah penyelamat dan jawaban atas doa Aksa, eh enggak, seolah Rehan adalah kontak jodoh.

Aksa langsung mengambil langkah cepat. Dia gak pikir panjang.

"Hai.. Ratna ya?"



Bersambung

Stay tune di tanggal 15 Januari nanti ya

Sabtu, 15 Desember 2018

INDAHNYA PDKT AKSA I : AJENG


Sudah sejam lebih Aksa berkaca. Ia tampak sedikit kikuk dengan pakaian rapinya. Kemeja merah, jeans navy, dengan sedikit polesan pomade yang membuat rambutnya tampak mengkilap.

Mulutnya sesekali mangap-mangap. Aksa seperti sedang latian berbicara. Tapi untuk apa?

“ Tok-tok-tok!!” suara pintu kamar Aksa.

“ Oi-,” belum selesai Aksa menjawab dan berjalan membuka pintu “ Buset rapi amat lu!” celetuk Rehan kaget melihat Aksa berdandan rapi.

“ Lu masuk padahal belum gue bukain pintu, Bambank!” kata Aksa kesal.

“ Yaelah, biasanya juga gitu kali, Sa” balas Rehan dengan entengnya. Lalu Rehan menjatuhkan tubuhnya di kasur.

Aksa masuk kekamar mandi. Lalu keluar dengan pakaian seadanya “ Mana lu katanya udah buat list siapa aja yang bakalan lu kenalin sama gue?”

Jadi, kemarin dicerita sebelumnya Rehan udah nawarin Aksa untuk ngenalin Aksa ke beberapa temen ceweknya. Rehan membuka HP-nya matanya mencari-cari, dan mengingat-ingat list yang udah dia catet buat Aksa.

“ Mana woi!” teriak Aksa.

“ Sabar napa, gue patok lu ntar,” balas Rehan. Setelah beberapa menit berlalu “ Nah, ini ada 3 nih, lu mau yang mana?”

“ Semua boleh?”

“ Buset, tapi satu-satu ya deketinnya” 

“ Yakali gue deketin semuanya barengan langsung”

“ Ini, ada Ajeng, Ratna, sama Issabel,” Rehan nunjukin HP yang dia pegang kepada Aksa.

Aksa melihat-lihat sambil ngelus dagunya yang gundul “ Dari namanya, kayaknya yang paling 
kebarat-baratan sih , Issabel, yang paling mainstream sih, Ajeng.”

“ Issabel nih?”

“ Oke gue pilih Ajeng!” 

“ Kagak nyambung sama pertanyaan gue, FERGUSO!”

Aksa tak peduli, dia langsung minta kontak Ajeng.

Rehan ngasih Aksa spoiler, kalau Ajeng itu cewek Jawa. Jadi, saran dari Rehan adalah jadilah orang yang halus. Walaupun sebenernya Aksa itu juga orang jawa, tapi dia gak sehalus orang Jawa pada umumnya. Dia kasar, kulitnya juga kasar, wajahnya kasar, omongannya kasar, hatinya kasar. Eh nap ague jelek-jelekin karakter yang gue buat. Enggak, pokoknya Aksa bukan orang yang halus. Mungkin karena Aksa cowok dan Aksa jawanya Jawa timur.

Untungnya Aksa paham bagaimana bersikap halus. Bagaimana bersikap layaknya orang jawa yang lemah lembut.

Sayangnya, Aksa kebingungan untuk memulai deketin Ajeng. Basa-basi Aksa dianggap aneh sama Ajeng. Tiba-tiba Aksa ngechat “ Sugeng Enjing (selamat pagi)”. 

 Ini membuat Aksa jadi terkesan akward saat pertama kali ngechat Ajeng. 

Setelah beberapa minggu, Rehan nanyain progress kedekatan Aksa dengan Ajeng “ Gimana, cocok gak?” tanya Rehan, sembari berbaring dikasur.

Aksa hanya menggelengkan kepala. Rehan ngambil HP Aksa, lalu melihat isi chat Aksa sama Ajeng. 

Rehan cekikikan melihat chat Aksa dengan Ajeng.

“ Lu bego banget! Wkwkwk!” ledeknya sambil ketawa.

Aksa hanya diam, wajahnya melas, matanya nanar. Dari raut wajahnya keliatan banget kalau gak ada progress apapun. Justru mungkin sebaliknya.

“ Lu PDKT ngapain nanyain cita-cita njir, ngapain lu nanyain mifo mafo, kayak anak SD lagi ngisi profil bindernya aja, HAHAHA” ketawa Rehan semakin menjadi-jadi, perasaan Aksa jadi nelangsa.

“ Gua lupa, caranya deketin cewek. Rasanya baru kemarin gue deketin gebetan gue waktu SD. Ya yang gue inget itu” Jawab Aksa lemas.

“ HAHAHA buset lu dikutuk apa ya, apa mau cari anak SD aja?” ledek Rehan.

“ Jangan dong, gue kan normal bukan pedofil.”

Ngeliat Aksa yang melas banget. Rehan bantu Aksa buat PDKT. Selama seminggu lebih tiap Aksa chat sama Ajeng dipantau, dan semua gerak gerik Aksa atas ijin dan bantuan dari Rehan.

Setelah sebulan mereka deket akhirnya Aksa mendapatkan kencan pertamanya.

Minggu, 11 November 2018

Aksa terlihat berdandan didepan cermin. Dia mempersiapkan senyum terbaiknya buat ketemu Ajeng. Mengenakan dresscode dominan hitam. Kaos hitam, celana Hitam, hanya sepatunya outersolnya warna putih.

Senyum-senyum dikit, angkat-angkat alis. Lalu mengenakan parfum, dan merapikan rambutnya Aksa berangkat ke sebuah café didaerah Tegal Gundil Kota Bogor.

Aksa sengaja milih tempat itu karena gak begitu rame tapi tempatnya cozy. Dan menurut riview google café itu nilanya 4.6. Not bad-lah ya.

Sugeng ndal (selamat malam)” sapa Ajeng saat Aksa sampe di café. Ajeng udah dateng duluan karena café itu deket kostan Ajeng.

Aksa tersenyum lalu membalas salamnya “ Sugeng ndalu” ‘alus banget nih cewek.’ Begitu pikir Aksa

Mereka berdua sama-sama memesan secangkir macchiato, Aksa menambahkan Brownies, Ajeng memesan kentang.

Obrolan mereka bener-bener baik, dan nyambung. Sampai pada akhirnya Aksa ngomong “ Gue suka sama elu, Jeng.”

“ Ha?” wajah Ajeng Nampak bingung denger Aksa ngomong kalau dia suka.

Aksa terlihat bingung, lalu seketika dia mereflek “ Oh enggak ehe.”

“ Kita gak bisa Dham, aku anak ketiga, kamu pertama.”

“ Ha? Kenapa bisa gitu?”

 “ Iya, kamu rabu legi, aku jum at kliwon, jum at malam bukan buat yang manis-manis Dham.”

“ Lah? Kok bisa gitu sih?”

“ Coba liat keatas,” Aksa melihat keatas “ Sini tangan kamu” Aksa memberikan tangannya “ Nahkan, garis tangan kamu juga gak cocok sama aku, kamu mangkok sempurna aku mangkok retak.”

“ Sekarang melet,” perintah Ajeng, Aksa yang merasa kikuk hanya ngikutin instruksi Ajeng. Ajeng hanya menggelengkan kepala “ Fix, kita gak bisa. Kamu jayanya di udara, aku didarat. Kita gak ada kecocokan rejeki.”

Ini membuat Aksa pusing, ternyat Ajeng lebih mempercayai hal-hal seperti itu daripada sama Aksa.
Dan akhirnya Aksa memlih untuk mengakhiri PDKT nya sama Ajeng “ Temen lu dukun nih, gue gak jadi deketin dia.”

“ Aduh,” Rehan menepok jidat ” Yaudah, sini lu ke kostan gue!”

Mission PDKT 1 Aksa gagal.

Jumat, 30 November 2018

AKSA THE SEEKER

“Terus sekarang lu mau ngapain?” pertanyaan klise buat Aksa. Baginya patah hati tak melulu harus cepet-cepet cari pasangan.

Aksa hanya mengangkat bahunya. Lalu menyeduh Machiato panas yang dia pesan. Sudah sejam lebih Aksa dan Rehan duduk berdua di café itu. 

Café tempat mereka ngopi tak terlalu ramai, karena mereka berdua datang saat weekday. Aksa melihat sekeliling café, tak terlalu banyak orang tetapi tetep ada aja sejoli yang sedang bercumbu “Han, kita kayak homo gak sih?” tanyanya sambil membukukan badan dan berbisik.

Rehan mengernyitkan dahi. Aksa memberi kode untuk melihat sekeliling “Iya juga ya, cuman kita yang berduaan. Sama-sama cowok lagi.”

Mata Aksa tertuju pada sepasang kekasih yang berada tak jauh dari mereka beruda. Pasangan itu duduk dipojokan, mereka tak sering bertatapan, cenderung merunduk. Makanan dan minumannya udah sama-sama abis.

“Gue sering tuh kayak gitu kalau pacaran dulu” celetuk Aksa ketika melihat pasangan itu.

“So?” jawab Rehan.

“Mereka itu pasangan yang mainstream, gue yakin diantara mereka udah gak ada perasaan yang menggebu-gebu. Mungkin diantara mereka juga kehilangan alasan buat saling sayang,” Aksa seolah menjadi Sherlock Cinta. Menjadi sok tahu banget dengan hubungan orang disekelilingnya.

“Muke lu biasa aja!” kata Rehan sambil nampol Aksa.

“Sakit Bambank!”

“Udah deh, lu gak usah sok tau tentang orang lain. Sekarang tuh, gue pengen lu seneng-seneng.”

“Loh? Gue seneng, Han.”

“Seneng napa lu seminggu ini gak pernah tidur malem! Kantung mata lu tuh udah kayak ditonjok.”

Walaupun Aksa sebelumnya selalu ngomong “I’m okey, gue udah ngira kalau bakal kayak gini” tapi sebenernya setiap malam Aksa selalu mencari-cari alasan kenapa dia selalu seperti itu.

Sepatutnya orang yang terus memperbaiki diri, Aksa gak pernah berubah dengan sikap insecurenya.

Aksa mengambil HP dan berkaca lalu menggelengkan kepala “ Iya juga ya, gue gak ganteng lagi nih.”

Setelah putus, Aksa memiliki kebiasaan tidur malam. Dia memikirkan siklus percintaannya kebelakang, selama beberapa kali pacaran, hal yang merusak hubungannya itu sama. Selalu karena ke-insecure-annya.

 “Buset, sejak kapan lu ganteng?”

“Sejak emak gue ngelahirin gue,” jawabnya percaya diri.

“Yaudah ayo cabut” Rehan berdiri lalu kekasir.

Sesampainya dirumah Aksa menjatuhkan diri kekasur. Hanya diam sambil menatap kearah plafon kamarnya. Aksa memandangi sekeliling kamarnya yang berantakan. Tanpa memperdulikannya Aksa lalu tidur.

Keesokannya harinya, Aksa memutuskan untuk jalan kaki menuju kampusnya yang cukup jauh, sekitar 3 kilometer. Olahraga sekalian ngirit bensin. Uang Aksa dulu banyak terkuras buat njajan bareng mantannya. Jadi ini adalah salah satu langkah Aksa buat ngirit, gak enak hati juga minta duit lagi ke orang tua dengan alasan uang habis buat pacaran.

Karena Aksa jalan kaki menuju kampus, mau gakmau Aksa harus menikmati perjalanannya. Melewati trotoar yang banyak pedagang, lewat SD yang lagi istirahat, dan kampung belakang kampusnya yang ramai.

Aksa melihat pemandangan SD yang membuatnya pilu. Banyak banget anak SD yang udah pacaran, beli pentol berduaan, suap-suapan telur gulung, ada yang gandeng pacarnya keliling lapangan, “Lu kira lagi towaf keliling lapangan kali, sambil gandengan pula!”

Sesampainya dikampus Aksa langsung menuju kelas dan duduk disamping Rehan.

“Tumben lu siangan datengnya?” celetuk Rehan saat Aksa baru aja dateng.

“Iya tadi gue jalan kaki”

“Buset, lumayan jauh, Sa!”

“Jauhan hati gue sama jodoh gue.”

“Buset, ni bocah jadi melo banget.”

“Ya, lu sekarang bisa panggil gue Amel, Aksa Melo.”

Rehan ketawa sambil nepok jidat. Temen karibnya ini ntar malem bisa mangkal jadi bencong di jembatan Suhat.

Setelah selesai kelas mereka berdua pergi kekantin. Aksa dan Rehan emang terbiasa kemana-mana bareng. Kadang mereka udah keliatan kayak homo karena hampir gak ada waktu berpisah kecuali saat tidur malem. Aksa dan Rehan tidur di kostannya masing-masing.

Suasana kantin pasti selalu ada gerombolan cewek sendiri, dan gerombolan cowok sendiri. Pastinya lah ya, gerombolan itu lebih dari 2 orang. Aksa yang menengok kearah sekitar, lalu sadar hanya mereka yang berdua. Duduk dipojok kantin bewarna biru sementara pengunjung lainnya pasti bergerombol.

“Kita berduaan doang ni?” tanya Aksa pada Rehan.

“Yaudah gue panggil Anis kesini ya?” jawab Rehan.

“Buset, lu tega gue jadi medicine Masquito?

“Yaudah biasanya juga kita berduaan doang, napa sih lu!”

“Gue ngerasa kita kayak homo,” Aksa ngomong sambil memperhatikan sekelilingnya.

“Kalau elu mungkin terindikasi gitu, kalau mah gak mungkin. Semua juga tau kalau gue punya pacar.”

Aksa gak menggubris omongan Rehan. Matanya sebenernya sibuk liatin cewek-cewek kampus yang ada dikantin. Dia bergumam “Satu dua ayam Pablo, tuh cewek pada jomblo.”

Rehan bingung dengan sikap temannya. Makanan yang udah dateng langsung Rehan santap. Sementara Aksa masih sibuk menyeleksi.

“Lu udah mau move on ni?” kata Rehan berusaha menghentikan temannya yang sedari tadi mantau sekeitarnya. Rehan risih, karena Aksa merhatiin orang sampe orang itu sadar kalau sedang diperhatiin sama Aksa.

Aksa hanya mengangkat bahunya. 

Selesai mengunyah makanannya Rehan membuka HP, seolah sedang mencari sesuatu. Setelah beberapa menit Rehan nyengir-nyengir sendiri “Nape lu senyam-senyum, Koreng Shaolin!”

“Nih, gue udah buatin list buat elu. Call it Girlslist, or in sundase Geulis,” terlihat beberapa nama yang ditulis dalam sebuah note di HP Rehan.

Aksa menatap Rehan dengan wajah bertanya-tanya.”Siap gak siap move on, lu maukan kalau gue kenalin sama temen-temen gue?”

Sepertinya gengsi Aksa cukup tinggi untuk menerima tawaran dari temannya. Dia menolaknya mentah-mentah sambil berkata “Gue masih belum pengen sama siapa-siapa dulu, biar gue instropeksi dulu kemarin napa gue putus.”

Rehan meng-iya-kan keputusan Aksa. Setelah mereka selesai makan, Aksa dan Rehan berpisah dan menuju kostan masing-masing.

Sesampainya di kostan, Aksa membuka HP-nya. Sama sekali gak ada notifikasi kecuali sms tipu-tipu minta pulsa sama dapet doorprise mobil. Aksa membuang HP kekasur. Membenamkan diri, menutup wajahnya dengan bantal.

Aksa merasa sebuah komitmen itu seperti sesuatu yang gampang dibuat dan gampang diingkari. Dan pacaran, adalah salah satu media untuk mengikari komitmen itu sendiri.

Aksa membuka laptop, sambil browsing dan melihat-lihat folder lamanya. Isinya kalau gak foto mantan, ya project surpriseannya dia buat mantannya. Ada yang berupa file video, gambar, atau hanya sekedar puisi dan syair indah khas orang yang khasmaran.


“Kalau aja mantan itu kayak e’ek. Seenak apapun makanan yang gue makan kalau udah jadi e’ek nyemplung ke septictank bisa gue ikhlas-in” gumamnya sambil men-scroll folder-folder lamanya.


Aksa menggelengkan kepala. Gak sehat pasti melihat yang sudah-sudah. Lalu dia memindahkan folder itu menjadi satu dan diberi nama “E’ek Ikhlasin aja”.

Aksa kembali ke kasur, mengambil HP yang dibuangnya lalu … “Buset ni bocah udah punya pacar aja!!” teriaknya kesal.

Yang Aksa liat adalah mantannya yang udah gandengan dengan cowok lain. Fotonya siluet dan menandai pacar mantan Aksa yang baru, namanya Dadang.

“Namanya aja udah kampungan,dia pasti orang kampung!”

Setelah distalking emang bener Dadang orang kampung, nama kampungnya Njetak. Berada di kabupaten Ngawi perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tapi, Dadang ini anaknya lurah, tajir, bapaknya punya saham disebuah perusahaan manufaktur terbesar di RI.

Aksa yang saat itu seketika bersumbu pendek, “Halo Rehan, besok kenalin gue sama temen lu yang udah lu buat list tadi ya!”

Pencarianpun dimulai, apakah ini jadi sebuah balas dendam?

Kamis, 15 November 2018

AKSA EPS.1 KUTUKAN

Aksa tertunduk dan melipat tangannya. Hujan yang deras tak membuatnya peduli dengan suara token listriknya yang mulai habis. Wajahnya keliatan datar, seolah tak merasakan apapun.

" Tok tok tok!!" terdengar suara pintu mengetok kamar " Sa!!"

Dengan langkah berat Aksa beranjak dari kursi, lalu membuka pintu kamarnya " Hmm, po?" jawabnya malas.

" Madesu banget lu!" Kata Rehan sambil menepuk pindak temannya. Rehan lalu masuk kedalam kamar, melepas jaketnya dan berbaring di kasur belakang kursi tempat Aksa melamun tadi " Hari ini apes banget, mau ngapelin Wanda, eh malah hujan."

Aksa hanya terdiam, lalu melanjutkan lamunannya. Wanda yang kesal lalu melempar bantal kearah Aksa " Lu kenapa Sergio!?"

Aksa membuang bantal yang dia tangkap " Gue bingung."

" Bing napa?"

" Gue lagi galau gak ya ini?"

" Lah, bocah aneh bener, emang lu napa kok mesti galau?"

" Gue habis putus, tapi kok rasanya gak ada galau-galaunya ya, kayak mau galau gara-gara putus, tapi kok gak bisa ya."

" Lah, serius lu putus?" Rehan terkejut sambil melompat dari kasur.

" Iya," Jawab Aksa Datar.

" Lah? sama Risa? Kapan?!!"

" Kapan ya, udah seminggu ini deh kayaknya."

" Lah ceritain dong, napa lu putus!" tanya Rehan menggebu seolah info kalau Aksa putus itu penting banget buat Rehan.

Aksa melamun sejenak. Dia mencoba mengingat kembali kejadian minggu kemarin.

" DHYAKSA ADHITAMA ABASSY!!" teriak Risa, saat Aksa memegang HP mantannya itu.

Aksa emang punya kebiasaan minjem HP pacarnya. Dia terlampau sering protektif dengan pasangannya. Kadang Aksa merasa setiap cowok yang chat sama Risa adalah cowok yang berusaha menganggu hubungan mereka berdua.

Pernah sekali ada cowok yang ngechat Risa dan dia balas. Sementara chat itu cuman chat biasa ucapan selamat karena Risa sukses tampil di sebuah pagelaran musik Internasional.

Risa ini adalah seorang penyanyi kondang, selain sering manggung di beberapa kondangan, Risa juga sering ikut lomba menyanyi dimana-mana. Terakhir Risa berhasil memenangi kompetisi nyanyi sehingga Risa bisa tampil disebuah acara pentas Internasional di Jogja.

" Hmm?" Jawab Aksa datar.

Risa merebut HP-nya. Risa mengernyitkan dahi, wajahnya memerah, bibirnya manyun, dan menatap Aksa bak seorang maling yang pengen dia tampol.

" Apaan sih, masang wajah gitu, itu Yogi-kan, mantan kamu?"

" Iya, emang kenapa?!" jawab Risa galak.

" Oh gakpapa, yaudah deh," balas Aksa tak acuh.

" Kita putus!!" kata Risa.

Aksa memasang wajah bingung " Ha, kenapa?"

" Gue gak betah selalu lu awasin!"

Risa pulang meninggalkan Aksa sendiri di cafe. Aksa masih saja bingung. Aksa selalu merasa wajar bahwa dia merasa berhak untuk tau kalau pacarnya deket sama siapa aja.

Dan tak lama kemudian, Aksa mendapati foto Risa diunggah disebuah cafe berduaan dengan Yogi mantannya. Anehnya, Aksa sama sekali gak ngerasa sedih, marah, atau kenapa-kenapa seolah itu adalah sebuah hal yang biasa.

Rehan berderham, dia menggelengkan kepala " Lu minta maaf nda?"

Aksa mengangkat bahu," Ya gitulah, cuman basa-basi ntar lebaran juga minta maaf lagi," lalu Aksa memejamkan mata " Terus habis minta maaf, dia ngomong ' Kamu kukutuk jomblo!' gitu, ah Takhayul, mana ada cewek berhasil ngutuk mantannya."

" Terus, jadi lu gak galau?"

" Gimana ya, mau galau, tapi ngapa harus galau. Kayak gue udah nebak aja kalau dia bakal gitu. Tapi, kalau gue gak galau dikira ntar gak sayang sama dia dulu, padahal ya biasa aja sih, ehe," Aksa ngomong sambil nyengir di akhir kalimatnya.

Setelah selesai bercerita hujan reda. Mereka berdua keluar mencari makan, dan menyeduh kopi hitam. 

Sabtu, 13 Oktober 2018

SAWANG SINAWANG

Hidup ini sawang sinawang, gue banyak belajar banyak hal dari yang gue gak suka. Karena dibalik itu semua, kalau kita mau membuka pikiran, kita merasa beruntung gak berada diposisi mereka.

Ini terjadi waktu bulan puasa kemarin. Gue balik ke Ngawi, dan kumpul bareng temen-temen gue. Kebanyakan masih kuliah, dan membahas tentang skripsi. Gue yang gak tau apa-apa cuman ngaplo doang.

" Asu, dosen gue emang, dia yang janji dia yang ngingkari!" kata Dhovan salah satu temen gue yang menajalankan skripsi.

" Lah, sama, Dosen gue juga suka Jambu, Janji Busuk!" sahut Gilang.

Gue yang dengerin mereka berasa kayak dengerin lagu Roma Irama - Kegagalan Cinta, dan Matta - Jambu ( Janji - Janji Busuk ).

" Hah, sama gue dulu juga sering dijanjiin busuk, diingkari janjinya sama mantan gue," kata gue nimbrung.

Dhovan dan Gilang menatap gue dengan tatapan sinis. Seolah Janji busuk seorang mantan gak ada apa-apanya dibanding Janji Busuk seorang dosen.

Gue menciut, lali melipir sedikit, buka HP, SMS Doi " Kamu lagi dimana, Bel? Aku telpon dong."

" Aku lagi diluar, nanti ya," balasnya cepat.

Mampus, dan disini gue gak bisa ngomong apa-apa.

" Lek!" Gue manggil Lek (om) yang jaga angkringan.

Lek'e berjalan kearah gue," Iya mas, mau pesen apa?"

" Gak bosen jualan? Sini dong, Angkring sama saya!" Kata gue sambil menyuruhnya duduk.

Lek Angkringan menatap gue datar. Lalu memberesi gelas yang udah kosong disekitar gue.

Tak lama kemudian, temen gue dateng " Brummm!!!!!" suara motor Ninjanya digas-gasin waktu dia dateng.

" Woee!! Bos Idham, Dhovan, Gilang!!" katanya sambil menyalami kami bertiga satu persatu.

Gue gak berharap sebenernya dia dateng, kenalin, namanya Jon. Jon ini Polisi, followersnya banyak, dan hobinya ngabisin cewek.

Enggak, serius, maksud gue dia gagah, ganteng, dan berduit. Gue kalau homo juga mau. Eh enggak, aduh, malah salah fokus. Jon, ini udah ngencanin banyak cewek, dan semuanya cakep dan bahenol.

" Lek, sayap, kepala, nasi kucing, sama es teh ya!!" teriaknya.

Gue cuman diem. Gue gak begitu tertarik, karena gue tau sebentar lagi dia bahas apa.

" Cakep, Dham?" Katanya sambil menunjukan foto cowok yang ada di HP-nya.

Gue hanya mengangguk, gue nunjukin kalau gue gak begitu peduli.

Jon menggelengkan kepala " Sayang."

" Sayang, udah lu hamilin?" sahut Gilang.

" Palelu! Mana ada gue ngehamilin cewek!" jawab Jon kesal.

" Lu tiap kesini bahas cewek mulu, Jon. Lu mah gitu, gonta-ganti cewek, ntar sekalian aja se-Ngawi lu kencani semua. Abis dah tuh cewek udah lu cicipin!" kata gue kesel.

" Hahaha, Ya Enggaklah, gue sisain buat kalian!" jawabnya dengan begaya sok-sokan.

Setelah makanan Jon datang, kami kembali dengan kesibukan masing-masing. Sayangnya, hanya gue yang masih nganggur. Bella masih jalan-jalan, Dhovan dan Gilang malah mabar. Jon makan, dan gue gak tertarik buat ngobrol bareng dia.

Gue berbaring di karpet. Lalu ngeliat-liat Instagram barang kali ada yang menarik.

" Lu gimana kabarnya sekarang, Dham? Kan lu sekarang jadi anak kota," katanya sambil menyantap makanannya.

" Ya, masih gini-gini aja," balas gue datar.

" Ribet ya, di Jakarta?"

" Enggak kok, seneng."

Jon menyelesaikan makannya. Lalu meneguk teh. "Gak enak ya,Dham, jadi ganteng."

Buset, ni bocah sombong banget, tapi gue tau nih, dia pasti merendah buat meroket, jadi gue ikutin alurnya aja gue tinggi-tinggi-in dia " Ya, kan enak, Jon, lu bisa gampang dapet cewek. Bedain dong sama kita bertiga. Liat tuh mereka, kencannya juga paling sama Freya atau Miya."

" Hahaha!" Jon ketawa lepas " Lalu dia berbaring disamping gue " Susah, Dham."

" Lu idup enak, malah ngomong susah, kurang bersyukur lu!" jawab gue sewot.

" Buset, ngegas ni, koreng," jawab Jon, spontan.

Gue gak memperdulikannya, dan mainan HP.

" Dham, lu punya cewek gak?"

Gue menatapnya dengan tatapan sinis " Punya, jangan sampe lu tau!"

" Guekan cuman nanya," jawabnya " Gue kadang takut, Dham, kalau ada yang deketin gue."

Gue menatapnya dengan heran " Napa lu takut bukannya malah seneng?"

Jon mengangkat bahunya," Ya, kenapa dia deketin gue? Gue selalu mencari alasan itu, dan kenapa dengan gampangnya gitu dateng."

" Ya, gaktau, kan suka sama elu, Jon."

" Itu yang gue takut, gue takut suka mereka itu karena hal yang gak gue pengen, gue takut mereka suka itu gak tulus," balasnya lemas.

" Lah, lu bukannya ceweknya banyak, fak!" jawab gue kesel.

" Enggak, itu dulu, sekarang gue malah gak punya."

Masih gak percaya kalau Jon gak punya cewek. Gue aja ngira kalau dia kesini tadi pasti habis ena-ena.

" Gue tadi abis mutusin cewek gue, Dham," katanya lemas.

" Napa?"

" Dia gak tulus. Dia sering ngajakin jalan, minta dibeliin ini itu, dia ngincer duit gue buat kesenangannya. Kemarin juga ada, yang deket sama gue, tapi ternyata dia cuman pengen buat sensasi biar dia tenar, kan followers gue 100k, itu aja seperempatnya gue beli followers," Jon duduk lagi " Ah gak enak cerita sambil tidur, duduk dong, Dham."

Gue duduk, dan untuk pertama kalinya gue mau dengerin cerita Jon. Karena ini diluar bahasan biasanya, dia gak bahas ceweknya.

" Gue kadang serba salah, mungkin lu ngira enak kali ya jadi gue, tapi sebenernya gue pengen biasa-biasa aja, gue gak pengen punya kelebihan kalau pada akhirnya yang deket cuman pengen seragam gue, duit gue, followers gue," Jon matanya berkaca-kaca.

" Eh, lu jangan nangis, Jon."

" Mana ada, ini pedes, Dham, lomboknya!" dengan spontan dia ngambil lombok dan dimakannya. Gue tau dia sengaja menyantapnya biar gak keliatan matanya berkaca-kaca.

" Hahaha! kocak lu, gue kira lu enak kali. Punya banyak kelebihan, dibandingin yang lain, kenapa lu bisa mikir gitu?"

" Karena gue sering ngalamin kayak gini. Ya namanya juga hidup, Dham, sawang sinawang, lu ngeliat gue enak, tapi gue ngerasainnya gak gitu juga."

Gue hanya sedikit tertawa kecil dan mengangguk.

" Cewek yang easy come, pasti easy go, percaya deh sama gue," katanya menatap gue dengan penuh arti.

Ya, gue pikir, kalau diruntut kebelakang emang gitu sih. Yang datengnya gampang, mereka bakalan dengan gampang pergi. Find who hard to come, so she will hard to go.

" Ah udah ah, gue balik dulu," kata Jon beranjak berdiri.

Gue memegang kakinya " Gak usah nangis," kata gue sambil memandanginya dengan rasa melas.

" Mana ada, Njir!"

Dan malam itu gue gak jadi telpon, doi udah capek, dan gue biarin tidur aja. Dhovan dan Gilang masih kencan. Tapi dengan setia gue nunggin kencan mereka.

Gue berpikir tentang apa yang dikatakan sama Jon. Ya, gue ngeliat Jon dengan segala kelebihannya, dan kadang gue berharap bisa seperti dia, ternyata dia justru sebaliknya.

Kelebihan dalam diri, Jon, tidak mendatangkan ketenangan. Karena dia takut, orang gak tulus sama Jon.

Hidup itu emang sawang sinawang, ojo gur nyawang seng ketok. Hidup ini saling melihat satu sama lain, jangan hanya melihat hanya dari 1 sudut pandang aja.

Jumat, 14 September 2018

TIGA PERKARA

Ratusan tahun lalu, konon katanya Firaun mendapatkan istri yang sholeh. Gue rasa inilah penyebabnya ada kalimat " Sebajingan-bajingannya cowok, pasti bakalan cari cewek baik."

Kalau emang kalimat tersebut diimplementasikan, gue rasa Younglex pantes dapet Chelsea Islan, dan Glen Alinski sama Nuraeni. Eh Nuraeni ibu kost gue. Aduh, semoga cerita ini gak sampe ke bu kost.

Beberapa hal yang saat ini sedang gue gelisahkan adalah, temen-temen gue udah pada nikah. Ya gak salah sih sebenenrya temen-temen gue nikah, terutama buat temen cewek gue yang udah nikah, mungkin mereka udah memiliki pemikiran jauh kedepan, dan membutuhkan kepastian. Tapi, kemarin, beberapa minggu kemarin, temen gue yang seusianya 21 tahun sama kayak gue, NIKAH!!

Ini cuman stranger think gue doang atau emang gue yang suka mikir kemana-mana. Antara temen gue yang udah pengen punya kandang buat burungnya, atau emang gue aja yang mencari-cari alasan biar gak keliatan kalau belum laku.

Dulu, waktu masih kuliah, gue membuat kesepakatan sama temen sekelas gue " Nanti, setelah lulus, kita beli Piala Bergilir buat yang nikah. Siapa yang nikah duluan, bakalan bawa Piala pertama itu."

Naas, udah ada 2 temen gue yang nikah. Ada sekitar 30 orang dikelas gue, dan masih tersisa 28 orang. Lama kelamaan, gue jadi kepikiran, Piala ini menjadi sebuah kebanggaan buat mereka yang dapet piala diurutan 1-10, jelas ini menandakan mereka yang paling laku diantara 30 orang.

Gimana kalau urutan 3 terakhir, COWOK dan nikah di usia menjelang senja Aduh, ini burungnya udah keras semua, udah menua, dan paling gak laku pula. Oke mulai dari sini gue berhenti bicara burung.

Mengutip dari buku Sabtu Bersama Bapak,

" Ada 3 perkara yang diminta pria dari seorang Wanita :

Saya pilih kamu
Tolong pilih saya, untuk menghabiskan sisa hidup kamu. Dan saya akan menghabiskan sisa hidup saya bersama kamu
Percayakan hidup kamu pada saya. Dan saya penuhi tugas saya padamu, nafkah lahir dan batin
Pindahkan baktimu. Tidak ada baktimu kepada orangtuamu. Baktimu sekarang pada saya.

Entah setuju atau enggak, tapi emang gitu adanya. Bakti seorang wanita akan berpindah kepada suaminya ketika ijab kobul telah diucap. Dan buat temen-temen yang udah nikah, selamat kalian yang sudah siap buat perkara tersebut.

Gue pernah mewawancarai temen-temen gue yang udah nikah, yang katanya jodoh mereka itu datang ketika siap dan tidak. Ketika menunggu, dan tak menunggu.

Ada yang tiba-tiba datang, saat baru aja lulus kuliah, tiba-tiba melamar. Ada yang ketika udah pasrah dan mikir kayaknya jodohnya udah meninggal, eh ternyata bangkit dari kubur. Eh gak deng, ya pokoknya dateng aja, terpaut belasan taun pula.

Kita akan selalu berencana, dan rencana kita akan selalu memiliki kejutannya masing-masing.

Ini cerita tentang temen gue yang udah punya rencana buat serius sama pacarnya. Udah 5 tahun pacaran.

Sampe kekang-kekangan. Main kemana-mana mesti lapor, ada yang main ke rumahnya mesti lapor, eh ini pacar apa satpam komplek.

Namanya Dinda, dan yang cowok namanya Saka.

Gue sering banget ngangkring bareng Saka, dan Dinda ini temen gue dari SD sampe SMA. Gue inget waktu itu Saka ngangkring bareng gue.

" Ini nih, si budak Cinta, tumben banget ngangkring," celetuk gue waktu ngangkring bareng Saka.

Saka hanya tertawa kecil, lalu beberapa menit kemudian " Hallo.. Iya.. Bentar ya, kamu tunggu dirumah ya, aku meluncur, Dham bentar ya, nyonya minta dianter belanja."

" Belanja apaan malam-malam gini di Ngawi, Sak?" FYI, 2012 Ngawi itu hanya kota kecil, gak ada apa-apa Mall juga gak ada. Ada juga supermarket macam Giant namanya Tiara, itupun cuman jual jajanan macam Indomart tapi lebih gede.

" Belanja kembang besok nyekar."

" Bussett, sekalian aja malam ini nyekarnya, kan besok biar gak usah nyekar lagi."

" Ndasmu! Kalau ada pocong gimana?"

" Sledinglah, Sak!"

Saka udah gak menggubris, dia pamit menyalakan mesin motornya lalu pergi. Kalau udah gini, pasti dia gak bakalan balik ngangkring. Dan besoknya baru ikut kumpul lagi. Itu juga kalau Saka gak ada panggilan nyonyanya.

Dinda ini juga pernah cerita sama gue, kalau hubungan mereka serius. Waktu ada acara bukber dirumah gue, dia cerita gini " Gue udah ngerasa deket banget sama keluarganya Saka, cuman sama orang tuanya Saka gue manggil ' Bapak, Ibu' biasanya kalau ke yang lain gue manggilnya ' Om sama Tante' mungkin ini kali ya bukti kedekatan gue sama mereka."

" Gue yakin, Saka ini jodoh gue," kata Dinda waktu bukber. Buset, nih anak masih SMA udah mikir jodoh, gue aja waktu itu mikir gimana dapet kunci jawaban UN biar bisa lulus.

Ya gue gak bisa ngomong Dinda ini alay, dia udah pacaran 5 tahun dan gue belum pernah ngerasain pacaran 5 tahun. Hmm.. hampir sih, tahun ke 4 kandas. Lupakan.

Tapi, setelah mereka sama-sama lulus kuliah, dan hubungannya udah 8 tahun, gue denger kabar kalau mereka putus.

Katanya sih, Saka orangnya gak segera ngelamar, dan Dinda udah keburu dilamar. Secepat itu cewek butuh kepastian, dan selama itu seorang cowok memberi kepastian.

Ya, mau gimana lagi. Saka emang penjaga jodoh orang yang baik, dan gue penikmat drama mereka selama 8 tahun.

Selamat gue bukan salah seorang aktor yang melakukan adegan kayak gitu. Untung kemarin nemu kafe anti selingkuh, sama temen-temen gue menyadarkan gue kalau gue bodoh. Gue gak jadi ngejagain jodoh orang.

Minggu, 05 Agustus 2018

RENUNGAN DIRI

Tulisan ini gue persembahkan buat semua orang yang sedang mencari pasangan ( kayak gue ) dan buat kalian yang saat ini sedang patah hati.

Untuk kalian yang baru aja patah hati. Selalu terbesit pikiran untuk segera " Move on ". Tapi tunggu, tak perlu buru-buru. Lu perlu waktu untuk bernafas, setelah terengah-engah berlari dari masa lalu.

Setelah nafas lu mulai teratur, barulah mulai kembali.

Kita yang baru saja patah hati, pasti akan sering mendapatkan kalimat " Lu pantas buat dapet yang lebih." Itu emang gak salah, Setiap orang pasti pantas untuk mendapatkan yang lebih, selalu pantas mendapatkan yang lebih. Tapi.. untuk mendapatkan yang lebih itu, kita harus memantaskan diri dulu.

Banyak orang yang patah hati, menghabiskan diri mereka untuk menunjukan, show off, dan memerkan di semua sosial medianya " Gue udah happy tanpa elu." atau " Sekarang gue udah kayak gini, lu pasti nyeselkan?"

Please, in the deep of your heart, you not go anywhere, its like " The Man Who Cant Be Move ". Lu hanya membuang-buang waktu untuk pamer, yang pada akhirnya, semua hal yang lu pamerin membuat lu gak kemana-mana.

Apa yang lu lakuin, hanya untuk membalas luka yang ada dimasa lalu, hanya untuk menunjukan pada mereka bahwa lu udah bahagia. Tapi setelahnya, lu bakalan lupa, bahwa sebenernya tujuan lu adalah untuk bahagia.

Persilahkan gue menjelaskan sesuatu yang lebih logis dilakukan untuk setiap pasangan yang baru aja patah hati. Atau buat kalian yang sedang mencari pasangan.

Kita selalu berharap mencari seseorang yang baik. Selalu mengandaikan sosok yang sempurna, sama halnya kayak gue, yang selalu mendambakan punya cewek yang cantik, kalem, keibuan, pinter masak, agamanya bagus, dan saking seringnya gue mengharapkan sosok yang seperti itu, gue selalu lupa bahwa gue juga harus menjadi sebaik itu.

Jujur, gue kesel ketika ada quote " Se-Bajingan-nya cowok, selalu cari cewek yang baik," NOOO!! BIG NO!!

Kasihan ketika cewek udah berusaha menjadi baik, dan mendapatkan cowok Bajingan. Kesalahan terbesar dalam mencari pasangan adalah, kita mencari seseorang untuk menutupi lubang dalam diri kita.

Kita mengharapkan ada orang yang sabar, untuk menghadapi kita yang keras kepala. Mengharapkan pasangan yang orang yang rapi, untuk membereskan ketidak rapian diri kita. Mengharapkan orang yang religius, untuk menuntun kita menjadi orang yang beragama baik. Mengharapkan orang yang selalu ada, untuk menemani waktu nganggur kita. Enggak, ini salah.

Memperbaiki diri, adalah tanggung jawab diri kita masing-masing. Bukan dibebankan kepada pasangan kita. Kita pantas mendapatkan yang baik, ketika kita baik pula. Kita pantas mendapatkan yang lebih baik, ketika kita menjadi lebih baik pula.

" Wanita baik, hanya untuk laki-laki yang baik pula," Gue lebih setuju yang seperti ini.

Percaya sama gue, ketika lu mencari seseorang yang lu harapkan bisa menutup lubang dalam diri elu, PASTI, selalu ada lubang baru yang harus ditutup lagi. Dan mungkin itu gak ada di pasangan lu sekarang, hingga pada akhirnya, lu memilih untuk mencari lagi orang yang mampu menutup lubang tersebut.

Gak ada yang berjuang di awal dan di akhir saja. Berjuang yang sebenernya adalah, ketika lu merasa ada lubang baru, dan lu butuh orang yang lebih, lu memilih untuk menundukan kepala, dan bersyukur untuk tetap bersama. Karena lu tau, lubang itu harus lu tutup sendiri.

Terlalu jahat, meminta orang yang kita sayang untuk menutupi kekurangan diri sendiri, untuk menutup lubang yang ada dalam diri kita.

Banyak khasus, putus cinta hanya karena " Dia udah gak kayak dulu lagi."

Ini terjadi hanya karena salah satu diantara mereka gagal untuk menjadi lebih baik, sehingga gak mampu menutup lubang/kekurangan dalam dirinya sendiri.

Berdua itu, harus memiliki bertoleransi. Berproses, dan Bersyukur.

Selamat mencari pasangan impian kalian masing-masing. Jangan lupa memantaskan diri untuk mendapat yang memang pantas untuk diri kalian sendiri.

Kamis, 21 Juni 2018

CAFE ANTI SELINGKUH

Gue paling seneng waktu pulang kampung. Disini gue bisa tiap hari ongkang-ongkang nonton TV, baca koran sambil ngeteh, glindingan dikasur, dan tanpa harus mikir makan dari pagi sampai malam karena udah disiapin sama nyokap gue. Ya, walaupun tiap hari makannya otak-otak sih hm..

Kayaknya gue udah satu semester gak pulang Ngawi, dan banyak banget perubahan yang terjadi dikampung halaman gue. Udah banyak banget café berceceran disini, dulu sama sekali gak ada dan gersang banget rasanya.

Dibagian kotanya juga udah lumayan rame. Walaupun untuk bagian rame ini gue gak begitu suka, karena waktu pulang kampung yang gue cari itu ketenangan.

Suatu saat nanti, dihari tua gue, semoga gue bisa ongkang-ongkang baca Koran dapat uang di Ngawi. Hidup tenang, bersama keheningan.

Eh, tapi bukan itu yang pengen gue bahas. Gue emang seneng pulang sih, tapi yang akan gue bahas disini adalah café yang ada di Ngawi.

Salah satu café yang bakalan gue bahas adalah cafeteria namanya Talita, ini café deket alun-alun. Samping pasnya alun-alun, awalnya ini cuman semacam butik, tapi sepertinya ownernya diversifikasi usaha ke café.

Talita ini menyimpan banyak cerita buat gue, karena di café ini gue sereing meet up bareng temen, dan keluar bareng pacar, eh mantan. Ini jadi tempat romantic sekaligus dramatis.

Sebelumnya perkenalkan pacar gue (dulu) namanya Sinta. Dia adek kelas gue, dulu pernah satu organisasi waktu SMA. Anaknya alisnya tebal, badannya tinggi, dan murah senyum. Dulu dia dulu yang naksir gue, karena gue kelamaan menjomblo, akhirnya gue mau aja jadian sama dia. Lama-lama gue juga yang demen, dia cakep juga kok.

Gue inget waktu itu gue masih di Ngawi, waktu libur kuliah.

“ Say, ada café baru nich, di deket Alun-alun, mau kesana?” tanya gue lewat Line.

“ Talita itu ya?”


" Iya, skut kesan.”

“ Kapan?”

“ Nanti malam?”

“ Nanti malam aku ada temen mau kesini, gimana dong?”

“ Bukannya kita janjian hari ini?”

“ Iya, ternyata ada temen aku, maaf ya..”

“ Yaudah, next time juga bisa kok.”

Akhirnya gue gak jadi, dan gue nyoba café itu sendiri.

Sekitar jam 7 malem gue ke café itu sendiri. Gue parkir, dan jalan kedalam café. Emang tempatnya itu cozy kalau dibandingin dengan café yang lain. Nuansa ruangannya warna kuning cerah dan dipadukan warna kuning.

Dari tata ruangan dan warnya sangat match, dan kesannya hangat, gue seneng berada disini karena tempatnya bagus.

Gue duduk ditengah pojok ujung dekat dengan tangga. Gue pengen lihat keseluruhan ruangan bersamaan dengan pengunjuing lain yang ada di Talita.

“ Mas, mba, senyum!” terlihat di depan gue seorang pelayanan memfoto salah seorang pengunjung yang datang berpasangan.

Mereka berdua terlihat serasi, dengan pakaian berwarna putih, dan celana warna biru dongker. Gue rasa mereka pasangan yang baru jadian, karena masih agak malu-malu.

“ Makasih, cek di Instagram kita ya, kak!” kata pelayanan tersebut setelah selesai mengambil gambar. Pelayanan itu jalan selangkah kearah meja gue. Lalu menatap gue dengan tatapan agak aneh.

“ Mas, kok sendirian aja?” kata pelayanan tersebut sambil menggendong kamera.

“ Enggak, tuh banyak pengunjung yang lain kok,” jawab gue bercanda                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  
 " Hmmm.. dasar jomblo," ledek pelayanan itu lali lari meninggalkan gue.

Gue ngerasa terhina, jadi yang gue lakuin adalah " Yang, masak tadi pelayanan yang ada di Talita ngatain aku jomblo, kamu tega to? Temeninlah kapan-kapan aku kesana," gue laporan ke pacar gue, merengek, nyepam, sampai akhirnya dia mau.

" Iya deh iya, ayok, bulan depan ya," balasnya.

" Lama amat nunggu bulan depan," keluh gue.

" Mau nggak?" 

" Iya deh iya." 

Setelah sebulan, akhirnya dia mau diajak pergi ke cafe itu. Gue duduk ditempat yang sama, dan berharap ketemu sama pelayanan yang sama.

Gue memesan segelas es Lechy, dan roti bakar ice cream, dan cewek gue memesan secangkir kopi. 

" Loh? Emas? Embak?" tanya pelayanan saat mengantar pesanan kami.

Shinta tersenyum tipis sambil mengangguk. Gue tersenyum sombong sambil membusungkan dada " Saya, tidak, JOMBLO!" kata gue dengan memberik tekanan pada kata terakhir.

" Oh, ini pacarnya ya? hmm..," mas-mas itu terlihat mengingat-ingat sesuatu " Mau difoto?"

" Oh gak usah mas!" jawab Shinta dengan cepat.

" Ha? Kok kamu gakmau?" tanya gue heran.

" Aku lagi gak make gincu, Dham!" katanya ngegas, 

" Yaudah, gak usah mas," tolak gue. Mas mas pelayanan itu akhirnya pergi. Setidaknya gue seneng, karena kesini gak sendirian diantara lautan orang yang lagi pacaran.

Seminggu kemudian, gue tau kalau cafe itu sekarang punya akun sosmed, Instagram. Gue langsung kepoin tuh akun. 

Setelah scroll, scroll, dan scroll. Gue terkejut dengan salah satu postingan yang ada di akun tersebut. Foto Shinta dengan seorang cowok botak berkacamata. 

Gue langsung nelpon Shinta, tapi gak diangkat. Gue whatapp tapi gak dibales. Gue Ping!! tapi gak diread. Malamnya gue langsung datang kerumah Shinta.

Malam hari, gue duduk didepan rumah Shinta, menunggu dia keluar dari rumah. 

" Hei ada apa sayang?" tanyanya sambil mengusap mata.

" Kamu kemana aja daritadi?!" tanya gue dengan nada kesal " Di telpon gak diangkat, diwhatapp gak dibales, di BBM gak diread!"

" Ha?? Masak??"

" Masak masak, liat tuh HP!"

" Aku tadi tidur, Dham! Lu kira tidur bisa maenan HP!" jawabnya kesal.

" Yaudah maaf!" balas gue kesal juga.

" Terus kamu ngapain kesini?"

Gue ngambil HP gue dari ponsel gue " Ini capa?!"

Shinta terdiam sejenak, berderham sebentar " Itu.. Onta.."

" Onta?! Siapa lagi Onta?!" teriak gue.

" Kamu kan tau aku suka hewan, makanya aku panggil dia Onta," Shinta tampak kebingungan " Kalau kamu, Berang-berang aku," rayunya sambil menggelitik perut gue yang buncit.

" Hnngg!! Onta, Onta, pantesan kemarin kamu gakmau aku ajak kesini jadi ini alasannya?!" 

" Hehehe, gak gitu sayang," jawabnya sambil meringis.

" Berang-berang jatuh cinta!"

" Cakep!"

" Makan tuh Onta!" gue lalu pergi ninggalin Shinta.

" Lah, abis jatuh cinta kok pergi?"

" Itu pantun, Oneng!" teriak gue kesal.

" Aihh.. Berang-berangku!!" teriaknya mencoba menhalangi gue pergi. Sebelum drama yang alay terjadi, gue pergi dulu.

Gue dispam, di Line, whatapp, dan dm Instagram gue. Akhirnya semua gue blokir, tapi sejam setelahnya gue unblokir. Gue harap sejam diblokir membuatnya lelah.

Ini bukan tentang hubungan gue sama mantan gue dulu. Tapi, ini tentang cafe yang ada di Ngawi. Ini bisa jadi salah satu refrensi buat kalian yang khawatir apakah pasangan kalian selingkuh atau enggak.

Gue sekarang jadi suka cafe ini. Karena dari sini, gue tau, mana pasangan yang setia dan mana yang enggak. Gue patut curiga kalau misalnya cewek gue gakmau diajak kesini, gue bisa nodong dengan kalimat " Kamu udah kesini sama cowok lain ya?"

Kalau misalnya dia ngeles, atau gak berani, berarti ini tanda bahaya.

Ini adalah cafe yang berbahaya buat para pelakor, penikung, atau apapun sebutannya yang sukanya selingkuh. Gue juga rekomendasiin buat kalian yang mau buat usaha cafe, tolong, bantu gue melestarikan pasangan yang setia. Foto setiap orang yang berpasangan datang ke cafe, mungkin salah satu dari mereka sedang selingkuh.

Gue sebut cafe Talita ini, ' Cafe Anti Selingkuh'