Ngeliat anak sekarang, dan membandingkan dengan keadaan gue sekarang, rasanya agak miris. Dulu, waktu gue masih kecil, banyak orang gede yang pacaran, tapi kenapa sekarang waktu gue udah gede, malah banyakan anak kecil yang pacaran.
Hmm.. Tapi, setelah gue inget baik-baik, dulu gue juga pernah punya kisah tragis waktu masih kecil. tepatnya waktu gue masih kelas 4 SD.
Begini ceritanya, gue dulu naksir sama anak cewek temen sekelas gue waktu SD. Sebut aja dia Yaya. Anaknya manis, manis banget. Kalau dia kebonbin pasti jadi incerannya Tapir. Kalau di SD dia udah di target sama anak-anak SMP, dan SMA sekitar SD gue. Mungkin ini awal dari pedofil didaerah gue.
Tapi, dulu gue cupu banget. Ngomong sama Yaya aja gak berani, gue berani liat dia cuman kalau dia berada dibangku depan gue, gue cuman berani menatap punggungnya, dan itu aja udah membuat gue seneng.
Pernah suatu ketika gue sekelompok belajar sama Yaya. Gue sama sekali gak berani ngomong apa-apa. Parahnya, saking groginya gue ngompol dan dipulangkan.
Ada hal lain yang membuat gue tersiksa juga, ketika temen-temen gue. Rendi, dan Andra bercerita tentang kedekatan mereka dengan Yaya.
" Gue semalem habis telponan sama Yaya," kata Andra.
" Gue minggu kemarin, habis sebangku sama Yaya," kata Rendi. Mereka berdua sedang memerkan kedekatannya dengan Yaya, ketika kita bertiga sedang makan mi di warung deket sekolah.
Gue hanya terdiam, merunduk. Lalu tiba-tiba Andra nanya " Kalau lu pernah ngapain sama Yaya, Dham?"
Mendengar pertanyaan seperti itu, gue cuman bisa diem dan menggelengkan kepala. Gak mungkin juga kali gue jawab,' Gue pernah ngompol waktu sekelompok sama Yaya'.
" Lu gak suka sama Yaya?" tanya Rendi.
Gue bingung mau jawab apa, tapi karena gue malu buat mengakui, jadi gue menggeleng polos doang.
" Idham mah HOMO Ren," celetuk Andra.
" Enggak!!" teriak gue membela diri " Gue suka kok sama Gita Gutawa."
" Itukan artis, lu gak suka sama cewek sekelas?" sahut Andra.
Gue memasang wajah bingung, lalu menggelengkan kepala lagi. Mereka berdua ketawa melihat wajah gue yang cuman bisa menggelengkan kepala.
--
Seminggu setelah Andra dan Rendi bercerita tentang kedekatan mereka dengan Yaya, tiba-tiba aja gue jadi sebangku sama Yaya. Sistem duduk gue dulu waktu SD diacak, dan kebetulan banget kejadian langka ini terjadi.
Andra dan Rendi duduk didepan. Dekat pintu masuk, itu membuat mereka merasa kesal ngeliat gue duduk bareng Yaya.
Di hari pertama gue duduk sama Yaya, Andra udah nyamperin gue lalu ngomong " Dham, tukeran tempat duduk dong sama gue."
" Gak ah, gakmau," jawab gue menolak permintaan Andra.
" Yah, lukan gak suka Yaya, ngapain lu duduk sama dia kalau lu gak suka sama Yaya," balas Andra.
" Tapi, gue lebih gak suka duduk didepan, Ndra," jawab gue kesal.
" Ya, Idham nih homo loh tau gak?" Andra berusaha mengintimidasi Yaya biar dia ilfill sama gue.
" Eh, enggak sumpah," gue berusaha membela diri.
Sayangnya, Yaya sepertinya tidak terlalu memperdulikan omongan dari Andra, hingga akhirnya Andra menyerah.
" Andra itu jail banget ya emang, gue gak suka deh sama dia," tiba-tiba Yaya membuka pembicaraan sama gue.
Gue menoleh seolah gak percaya, karena sejak pagi waktu gue sebangku sama Yaya. Hal yang gue lakuin cuman berlatih menahan pipis, dan Yaya sepertinya berdoa semoga gue gak ngompol.
Dengan spontan gue jawab " I.. Iya kali ya, tapi dia asik kok anaknya."
" Asik gak harus jail juga kan bisa," katanya kesal.
" Hehehe," gue tertawa kecil. Dan sejak saat itu gue jadi mulai cari buat ngobrol sama Yaya.
Samapi beberapa hari, dan berminggu-minggu setelah gue udah gak sebangku lagi sama Yaya, gue jadi sering ngobrol bareng Yaya. Kita berdua memiliki kesamaan. Sama-sama suka nonton kartun Naruto, dan gue koleksi komiknya, Yaya sering pinjem komik Naruto gue. Alhasil, gue sekarang jadi yang terdekat dengan Yaya, diantara Andra dan Rendi.
Seiring dengan kedekatan gue pula, sekarang mereka menyerah, dan udah gak memamerkan kedekatan mereka berdua dengan Yaya.
" Dham, lu kok bisa sih deket sama Yaya, padahal dulu kayaknya lu gak minat banget sama cewek sekelas kita, kok tiba-tiba lu ngerebut dia dari kita berdua," kata Rendi.
" Gaktau, mungkin gara-gara gue ngimpi Yaya," jawab gue asal.
" Ha?? Mimpi? Mimpi basah ya lu!" kata Andra terkejut.
" Yeee, enggaklah. Sebenernya waktu kalian ngomongin Yaya, itu gue juga suka sama Yaya, tapi cuman gue yang gak berani deketin dia. Eh kemarin waktu sebangku dia ngajakin ngobrol gue, yaudah jadi deket aja," jawab gue santai.
" Yaudah tembak Dham," kata Andra.
" Ha? Nembak?" jawa gue kaget.
" Iya," Kata Rendi sambil menatap gue dengan penuh keyakinan.
Gue masih dengan wajah bingung gue.
" Kemarin gue habis liat FTV, lu kalau nembak pake coklat, pake surat. Katanya orang-orang gitu cara yang romantis," kata Andra menyarankan.
Gue masih bingung, tapi yaudahlah gue tetep ngelakuin itu.
Saat jam istirahat gue beli coklat di Indomart deket SD. Andra dan Rendi mempersiapkan surat buat Yaya. Setelah gue selesai beli coklat, Rendi dan Andra udah selesai juga nulis surat. Isinya simple, dan gue rasa ini wajar buat anak seumuran gue saat itu.
" Kamu cantik deh Ya, maukan jadi pacar aku?
ttd. Idham Ashari "
Lalu gue naruh coklatnya didalam tas Yaya. Ketika bel masuk pelajaran berbunyi, Yaya datang, duduk lalu membuka buku yang ada diatas mejanya lalu duduk bersandar. Dia belum membuka tasnya sama sekali.
Saat pulang, dia baru buka tas, dan sepertinya dia melihat ada yang aneh didalam tasnya. Gue lihat dari kejauhan, coklat yang gue kasih penyok, dan suartnya udah seperti teremas-remas.
Yaya membaca surat itu lalu menatap gue. Dia tersenyum. Gue kira dia nerima gue, tapi waktu pulang Yaya ngomong " Coklatnya penyok maaf ya, Dham."
Gue tersenyum, lalu nanya " Jadi kamu mau jadi pacar aku?"
" Enggak," jawabnya singkat " Aku pulang dulu ya, makasih coklatnya," katanya sambil melambaikan tangan.
Gue terpatri dengan lambaian tangan itu. Dari belakang Andra dan Rendi udah menepuk pundak gue. Dan sejak saat itu gue menjomblo sampai 15 tahun.
Liat anak kecil jaman sekarang, kalau misalnya gue reinkarnasi, kayaknya gue bakalan bisa pacaran sama Yaya. dan mungkin masa Jomblo gue lebih prematur 5 tahun.
0 komentar:
Posting Komentar