This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 30 November 2018

AKSA THE SEEKER

“Terus sekarang lu mau ngapain?” pertanyaan klise buat Aksa. Baginya patah hati tak melulu harus cepet-cepet cari pasangan.

Aksa hanya mengangkat bahunya. Lalu menyeduh Machiato panas yang dia pesan. Sudah sejam lebih Aksa dan Rehan duduk berdua di café itu. 

Café tempat mereka ngopi tak terlalu ramai, karena mereka berdua datang saat weekday. Aksa melihat sekeliling café, tak terlalu banyak orang tetapi tetep ada aja sejoli yang sedang bercumbu “Han, kita kayak homo gak sih?” tanyanya sambil membukukan badan dan berbisik.

Rehan mengernyitkan dahi. Aksa memberi kode untuk melihat sekeliling “Iya juga ya, cuman kita yang berduaan. Sama-sama cowok lagi.”

Mata Aksa tertuju pada sepasang kekasih yang berada tak jauh dari mereka beruda. Pasangan itu duduk dipojokan, mereka tak sering bertatapan, cenderung merunduk. Makanan dan minumannya udah sama-sama abis.

“Gue sering tuh kayak gitu kalau pacaran dulu” celetuk Aksa ketika melihat pasangan itu.

“So?” jawab Rehan.

“Mereka itu pasangan yang mainstream, gue yakin diantara mereka udah gak ada perasaan yang menggebu-gebu. Mungkin diantara mereka juga kehilangan alasan buat saling sayang,” Aksa seolah menjadi Sherlock Cinta. Menjadi sok tahu banget dengan hubungan orang disekelilingnya.

“Muke lu biasa aja!” kata Rehan sambil nampol Aksa.

“Sakit Bambank!”

“Udah deh, lu gak usah sok tau tentang orang lain. Sekarang tuh, gue pengen lu seneng-seneng.”

“Loh? Gue seneng, Han.”

“Seneng napa lu seminggu ini gak pernah tidur malem! Kantung mata lu tuh udah kayak ditonjok.”

Walaupun Aksa sebelumnya selalu ngomong “I’m okey, gue udah ngira kalau bakal kayak gini” tapi sebenernya setiap malam Aksa selalu mencari-cari alasan kenapa dia selalu seperti itu.

Sepatutnya orang yang terus memperbaiki diri, Aksa gak pernah berubah dengan sikap insecurenya.

Aksa mengambil HP dan berkaca lalu menggelengkan kepala “ Iya juga ya, gue gak ganteng lagi nih.”

Setelah putus, Aksa memiliki kebiasaan tidur malam. Dia memikirkan siklus percintaannya kebelakang, selama beberapa kali pacaran, hal yang merusak hubungannya itu sama. Selalu karena ke-insecure-annya.

 “Buset, sejak kapan lu ganteng?”

“Sejak emak gue ngelahirin gue,” jawabnya percaya diri.

“Yaudah ayo cabut” Rehan berdiri lalu kekasir.

Sesampainya dirumah Aksa menjatuhkan diri kekasur. Hanya diam sambil menatap kearah plafon kamarnya. Aksa memandangi sekeliling kamarnya yang berantakan. Tanpa memperdulikannya Aksa lalu tidur.

Keesokannya harinya, Aksa memutuskan untuk jalan kaki menuju kampusnya yang cukup jauh, sekitar 3 kilometer. Olahraga sekalian ngirit bensin. Uang Aksa dulu banyak terkuras buat njajan bareng mantannya. Jadi ini adalah salah satu langkah Aksa buat ngirit, gak enak hati juga minta duit lagi ke orang tua dengan alasan uang habis buat pacaran.

Karena Aksa jalan kaki menuju kampus, mau gakmau Aksa harus menikmati perjalanannya. Melewati trotoar yang banyak pedagang, lewat SD yang lagi istirahat, dan kampung belakang kampusnya yang ramai.

Aksa melihat pemandangan SD yang membuatnya pilu. Banyak banget anak SD yang udah pacaran, beli pentol berduaan, suap-suapan telur gulung, ada yang gandeng pacarnya keliling lapangan, “Lu kira lagi towaf keliling lapangan kali, sambil gandengan pula!”

Sesampainya dikampus Aksa langsung menuju kelas dan duduk disamping Rehan.

“Tumben lu siangan datengnya?” celetuk Rehan saat Aksa baru aja dateng.

“Iya tadi gue jalan kaki”

“Buset, lumayan jauh, Sa!”

“Jauhan hati gue sama jodoh gue.”

“Buset, ni bocah jadi melo banget.”

“Ya, lu sekarang bisa panggil gue Amel, Aksa Melo.”

Rehan ketawa sambil nepok jidat. Temen karibnya ini ntar malem bisa mangkal jadi bencong di jembatan Suhat.

Setelah selesai kelas mereka berdua pergi kekantin. Aksa dan Rehan emang terbiasa kemana-mana bareng. Kadang mereka udah keliatan kayak homo karena hampir gak ada waktu berpisah kecuali saat tidur malem. Aksa dan Rehan tidur di kostannya masing-masing.

Suasana kantin pasti selalu ada gerombolan cewek sendiri, dan gerombolan cowok sendiri. Pastinya lah ya, gerombolan itu lebih dari 2 orang. Aksa yang menengok kearah sekitar, lalu sadar hanya mereka yang berdua. Duduk dipojok kantin bewarna biru sementara pengunjung lainnya pasti bergerombol.

“Kita berduaan doang ni?” tanya Aksa pada Rehan.

“Yaudah gue panggil Anis kesini ya?” jawab Rehan.

“Buset, lu tega gue jadi medicine Masquito?

“Yaudah biasanya juga kita berduaan doang, napa sih lu!”

“Gue ngerasa kita kayak homo,” Aksa ngomong sambil memperhatikan sekelilingnya.

“Kalau elu mungkin terindikasi gitu, kalau mah gak mungkin. Semua juga tau kalau gue punya pacar.”

Aksa gak menggubris omongan Rehan. Matanya sebenernya sibuk liatin cewek-cewek kampus yang ada dikantin. Dia bergumam “Satu dua ayam Pablo, tuh cewek pada jomblo.”

Rehan bingung dengan sikap temannya. Makanan yang udah dateng langsung Rehan santap. Sementara Aksa masih sibuk menyeleksi.

“Lu udah mau move on ni?” kata Rehan berusaha menghentikan temannya yang sedari tadi mantau sekeitarnya. Rehan risih, karena Aksa merhatiin orang sampe orang itu sadar kalau sedang diperhatiin sama Aksa.

Aksa hanya mengangkat bahunya. 

Selesai mengunyah makanannya Rehan membuka HP, seolah sedang mencari sesuatu. Setelah beberapa menit Rehan nyengir-nyengir sendiri “Nape lu senyam-senyum, Koreng Shaolin!”

“Nih, gue udah buatin list buat elu. Call it Girlslist, or in sundase Geulis,” terlihat beberapa nama yang ditulis dalam sebuah note di HP Rehan.

Aksa menatap Rehan dengan wajah bertanya-tanya.”Siap gak siap move on, lu maukan kalau gue kenalin sama temen-temen gue?”

Sepertinya gengsi Aksa cukup tinggi untuk menerima tawaran dari temannya. Dia menolaknya mentah-mentah sambil berkata “Gue masih belum pengen sama siapa-siapa dulu, biar gue instropeksi dulu kemarin napa gue putus.”

Rehan meng-iya-kan keputusan Aksa. Setelah mereka selesai makan, Aksa dan Rehan berpisah dan menuju kostan masing-masing.

Sesampainya di kostan, Aksa membuka HP-nya. Sama sekali gak ada notifikasi kecuali sms tipu-tipu minta pulsa sama dapet doorprise mobil. Aksa membuang HP kekasur. Membenamkan diri, menutup wajahnya dengan bantal.

Aksa merasa sebuah komitmen itu seperti sesuatu yang gampang dibuat dan gampang diingkari. Dan pacaran, adalah salah satu media untuk mengikari komitmen itu sendiri.

Aksa membuka laptop, sambil browsing dan melihat-lihat folder lamanya. Isinya kalau gak foto mantan, ya project surpriseannya dia buat mantannya. Ada yang berupa file video, gambar, atau hanya sekedar puisi dan syair indah khas orang yang khasmaran.


“Kalau aja mantan itu kayak e’ek. Seenak apapun makanan yang gue makan kalau udah jadi e’ek nyemplung ke septictank bisa gue ikhlas-in” gumamnya sambil men-scroll folder-folder lamanya.


Aksa menggelengkan kepala. Gak sehat pasti melihat yang sudah-sudah. Lalu dia memindahkan folder itu menjadi satu dan diberi nama “E’ek Ikhlasin aja”.

Aksa kembali ke kasur, mengambil HP yang dibuangnya lalu … “Buset ni bocah udah punya pacar aja!!” teriaknya kesal.

Yang Aksa liat adalah mantannya yang udah gandengan dengan cowok lain. Fotonya siluet dan menandai pacar mantan Aksa yang baru, namanya Dadang.

“Namanya aja udah kampungan,dia pasti orang kampung!”

Setelah distalking emang bener Dadang orang kampung, nama kampungnya Njetak. Berada di kabupaten Ngawi perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tapi, Dadang ini anaknya lurah, tajir, bapaknya punya saham disebuah perusahaan manufaktur terbesar di RI.

Aksa yang saat itu seketika bersumbu pendek, “Halo Rehan, besok kenalin gue sama temen lu yang udah lu buat list tadi ya!”

Pencarianpun dimulai, apakah ini jadi sebuah balas dendam?

Kamis, 15 November 2018

AKSA EPS.1 KUTUKAN

Aksa tertunduk dan melipat tangannya. Hujan yang deras tak membuatnya peduli dengan suara token listriknya yang mulai habis. Wajahnya keliatan datar, seolah tak merasakan apapun.

" Tok tok tok!!" terdengar suara pintu mengetok kamar " Sa!!"

Dengan langkah berat Aksa beranjak dari kursi, lalu membuka pintu kamarnya " Hmm, po?" jawabnya malas.

" Madesu banget lu!" Kata Rehan sambil menepuk pindak temannya. Rehan lalu masuk kedalam kamar, melepas jaketnya dan berbaring di kasur belakang kursi tempat Aksa melamun tadi " Hari ini apes banget, mau ngapelin Wanda, eh malah hujan."

Aksa hanya terdiam, lalu melanjutkan lamunannya. Wanda yang kesal lalu melempar bantal kearah Aksa " Lu kenapa Sergio!?"

Aksa membuang bantal yang dia tangkap " Gue bingung."

" Bing napa?"

" Gue lagi galau gak ya ini?"

" Lah, bocah aneh bener, emang lu napa kok mesti galau?"

" Gue habis putus, tapi kok rasanya gak ada galau-galaunya ya, kayak mau galau gara-gara putus, tapi kok gak bisa ya."

" Lah, serius lu putus?" Rehan terkejut sambil melompat dari kasur.

" Iya," Jawab Aksa Datar.

" Lah? sama Risa? Kapan?!!"

" Kapan ya, udah seminggu ini deh kayaknya."

" Lah ceritain dong, napa lu putus!" tanya Rehan menggebu seolah info kalau Aksa putus itu penting banget buat Rehan.

Aksa melamun sejenak. Dia mencoba mengingat kembali kejadian minggu kemarin.

" DHYAKSA ADHITAMA ABASSY!!" teriak Risa, saat Aksa memegang HP mantannya itu.

Aksa emang punya kebiasaan minjem HP pacarnya. Dia terlampau sering protektif dengan pasangannya. Kadang Aksa merasa setiap cowok yang chat sama Risa adalah cowok yang berusaha menganggu hubungan mereka berdua.

Pernah sekali ada cowok yang ngechat Risa dan dia balas. Sementara chat itu cuman chat biasa ucapan selamat karena Risa sukses tampil di sebuah pagelaran musik Internasional.

Risa ini adalah seorang penyanyi kondang, selain sering manggung di beberapa kondangan, Risa juga sering ikut lomba menyanyi dimana-mana. Terakhir Risa berhasil memenangi kompetisi nyanyi sehingga Risa bisa tampil disebuah acara pentas Internasional di Jogja.

" Hmm?" Jawab Aksa datar.

Risa merebut HP-nya. Risa mengernyitkan dahi, wajahnya memerah, bibirnya manyun, dan menatap Aksa bak seorang maling yang pengen dia tampol.

" Apaan sih, masang wajah gitu, itu Yogi-kan, mantan kamu?"

" Iya, emang kenapa?!" jawab Risa galak.

" Oh gakpapa, yaudah deh," balas Aksa tak acuh.

" Kita putus!!" kata Risa.

Aksa memasang wajah bingung " Ha, kenapa?"

" Gue gak betah selalu lu awasin!"

Risa pulang meninggalkan Aksa sendiri di cafe. Aksa masih saja bingung. Aksa selalu merasa wajar bahwa dia merasa berhak untuk tau kalau pacarnya deket sama siapa aja.

Dan tak lama kemudian, Aksa mendapati foto Risa diunggah disebuah cafe berduaan dengan Yogi mantannya. Anehnya, Aksa sama sekali gak ngerasa sedih, marah, atau kenapa-kenapa seolah itu adalah sebuah hal yang biasa.

Rehan berderham, dia menggelengkan kepala " Lu minta maaf nda?"

Aksa mengangkat bahu," Ya gitulah, cuman basa-basi ntar lebaran juga minta maaf lagi," lalu Aksa memejamkan mata " Terus habis minta maaf, dia ngomong ' Kamu kukutuk jomblo!' gitu, ah Takhayul, mana ada cewek berhasil ngutuk mantannya."

" Terus, jadi lu gak galau?"

" Gimana ya, mau galau, tapi ngapa harus galau. Kayak gue udah nebak aja kalau dia bakal gitu. Tapi, kalau gue gak galau dikira ntar gak sayang sama dia dulu, padahal ya biasa aja sih, ehe," Aksa ngomong sambil nyengir di akhir kalimatnya.

Setelah selesai bercerita hujan reda. Mereka berdua keluar mencari makan, dan menyeduh kopi hitam.