This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 15 November 2019

BER-MONOLOG

Pukul 02.00

"Hei, tumben bangun jam segini lagi?"

Terlihat wajah yang sendu, duduk, dan menunduk.

"Mata kamu merah, masih ngantuk ya?

Hmm.. tumben bangun jam segini lagi. Kerjaan udah mulai gak padetkah? Bukannya lagi banyak kerjaan yang lagi numpuk ya, istirahat sana gih, ntar bangunnay kesiangan.

Oh iya, jangan terlalu pelit sih sama diri sendiri. Kadang kamu terlampau pelit kalau sama diri sendiri, ngerti gak,"

Sesaat wajahnya terangkat, lalu meletakkan tangannya ke pahanya, sambil meremas kain yang dia kenakan.

Dia memegangi pundaknya, tersenyum lalu berkata "Iya, aku tau kamu sedih, kamu takut, dan seluruh kegundahanmu aku ngerti. Dan sekarang, kamu bingung kan berdialog sama siapa? bagaimana kalau bermonolog sama aku?

Mari kita runtut siapa kamu,

Kamu adalah orang yang telah banyak bertemu dengan orang asing, dan kamu selalu berhasil merebut hati mereka. Bukan, bukan berarti mereka jatuh hati, bukan berarti mereka menyukaimu, tapi mereka merasa dekat denganmu. Oke, yang aku maksud merebut hati bukan melulu perihal merebut hati lawan jenismu.

Kamu tuh orang yang cukup berpengalaman di forum, disebuah tim, dan organisasi. Well, jauh kebelakang kamu punya banyak orang untuk diajak berdialog.

Dan dari semua hal yang pernah kamu lalui, aku tau sebenernya kamu gak pernah merasa dekat dengan siapapun. Bahkan kalau orang lain merasa dekat sama kamu, aku sangat yakin, kalau kamu gak pernah merasa dekat sama mereka. Seterbuka apapun mereka sama kamu, sebanyak apapun mereka berbagi cerita pribadi mereka sama kamu, kamu gak pernah merasa dekat dengan mereka.

Kamu punya banyak teman, tapi selalu memilih sendiri, kamu punya banyak orang yang merasa dekat sama kamu tapi kamu bahkan gak pernah ingin membagi hari bahagia dengan mereka."

*memeluk.

"Itu yang kamu pilihkan, memilih untuk menyelesaikan apa-apa sendiri, memilih untuk selalu terlihat baik untuk orang lain. Aku tau, sebaik-baiknya kamu, itu sebaik-baiknya kamu menutupi semua sifat buruk, dan kegelisahanmu. Aku salut, kita bertahan kayak gini.

Gakpapa gak masalah, kamu bisa selalu bermonolog sama aku, kapanpun, karena akulah yang paling dekat denganmu, aku yang paling tau perasaanmu, tentunya setelah Allah.

Memang bukanlah hal yang menyenangkan buatmu, membuka pembicaraan dengan orang asing, berbicara masalah pribadimu dengan orang terdekatmu, ya itu pilihan. Aku tau, kamu menghindari momen dimana orang jadi ikut memikirkanmu, orang jadi bersimpati, atau kamu selalu benci diperlakukan istimewa.

Gakpapa tenang."

Dia menggigit bibirnya, seolah menahan sesuatu.

"Gak usah ditahan."

"Argghhh!!!!!!!!" dia berteriak, dan menangis, pelukanya darinya masih tak terlepas, justru semakin erat. semakin hangat.

"Hei, tenang. Tenang ya, kamu masih punya tenagakan untuk menengadahkan tangan, kalau memang tangan berat, atau amit-amitnya gak ada, kamu punya mulut yang masih lancar untuk berbicara. Dan kalau kamu bahkan malu mengucapkan apa yang kamu inginkan. Kamu bisa mengatakannya dalam hati. Gak ada alasan untuk tidak berdo'a.

Kamu sudah berusaha baik untuk semua yang terjadi. Gak perlulah kamu berlarut, minta di-dikti sama Allah, minta dituntun, karena kamu itu buta akan masa depan, kamu hanya berhak untuk berjuang dan kamu berkewajiban untuk mengupayakan.

Semua yang kamu risaukan, masih ada di bumi. dan perjalanan kita masih sangat panjang.

Udahlah tenang,"

Tangisnya mulai terhenti, air matanya tak meronta untuk keluar.

"Gak perlu menyiksa diri sendiri lagi. Aku tau, kamu sadar yang kamu lakukan itu salah, dan kamu tetap melakukannya, karena mungkin berat hati. Belum terlambat untuk menegaskan diri sendiri.

Ingatkan, kamu selalu tegas dalam berinvestasi, dan kamu tau bahwa ada yang bisa dikendalikan dan tidak. Kamu gak bisa meminta seseorang memperlakukanmu seperti apa, tapi kamu bisa mengatur gimana kamu memperlakukan orang lain.

Kamu bertanggung jawab untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik untuk dirimu sendiri, tapi orang lain tak memiliki kewajiban untuk memperbaiki diri buat kamu. Bukan kamu yang meminta orang lain menjadi baik, tapi menjadi baiklah untuk dirimu sendiri, dan orang yang kamu sayangi. Kamu dan orang-orang itu pantas untuk kamu yang lebih baik."

Tangannya kuat meremas paha-nya, wajahnya memerah dan basah. Dibantulah dia untuk berdiri.

"Tenang, masalahmu tak sebesar kuasa Tuhanmu, kita hanya berlebihan dalam menyikapinya,"

Dia berjalan menuju ranjangnya, menutup wajahnya dengan bantal.

Matanya berat untuk terpejam, pikirannya tlah lelah, dan mulutnya kaku karena lelah berteriak. Tangannya diletakkan diperutnya. Pandangannya kosong dan mulai berat.

Kalau kamu sendiri, aku juga sendiri. Kita adalah teman baik.

Tak lama setelahnya dia mulai memejamkan mata. Dan sosok itupun pergi menghilang. Sosok dirinya sendiri.

- End

Minggu, 03 November 2019

PROLOG UNTUK KEMBALI BERDIALOG BERSAMA AKSA

"Om jangan Om, jangan buka celana Aksa!"

"Gue Author elu, bukan Om Burhan, hmmm jadi Sa, maaf ya, jarang nulis sekarang. Sibuk banget, tapi duit gue jadi lebih banyak kok."

"...."

"Sorry ya, kan mau iphone."

"Kalau capek istirahat, gak usah memaksa, membaca cerita lama juga gak masalah kok. Lagian, lu juga repot, makasih udah nyempetin berdialog."

"Thankyou. Ngomong-ngomong, menurut lu gimana Sa, cerita lu, Sa, kok ngenes mulu."

"Kan lu penulisnya, bege!!!"

"Oh iya, terus lu diendingnya mau dikasih cewek yang gimana?"

" Hmmm, gini gue ada 3 kriteria sih, yang pertama cantik, yang kedua cantik, yang ketiga cantik, bolehkan?"

"Itu cuman 1, bahlul!"

"Nah iya bener, berarti itu."

Hmm.. mungkin kalau memang Aksa itu ada, dialognya bakalan seperti ini. Aksa adalah karakter yang gue buat untuk menghibur diri. Karakter yang gue buat dari semua sifat konyol gue. Dan setiap kali gue mau bercerita tentang Aksa gue selalu berusaha berdialog dengan dia, walaupun sebenarnya Aksa itu gak ada di Dunia nyata.

Sayangnya, gue bukan orang yang terbuka kesemua orang. Gue orang yang cenderung diem dikeramaian, hobi menyendiri dipojokan sambil membawa buku favorit, menikmati hangatnya lampu ruangan yang menyala, sambil mengamati orang yang datang dan pergi.

Selalu ada cerita disetiap datang dan perginya seseorang. Tanpa disadari, sudah berapa orang yang berlalu lalang mengisi, dan pergi ( eh ini yang gue maksud bukan mantan ya, tapi semua orang yang pernah relate sama gue). Termasuk gue, yang udah berlalu lalang pula.

Gue termasuk orang yang pemikir, dan jeleknya gue selalu memikirkan bagaimana respon orang terhadap gue. Padahal sendirinya tau, kalau respon orang ke diri sendiri itu, adalah sesuatu yang gak bisa gue atur, sementara hal yang bisa gue atur itu, respon gue terhadap orang tersebut.

Gaktau, udah berapa kali gue menyenangkan orang lain, dan udah sebanyak apa menyakiti dan mengecewakan orang lain.

Kembali lagi, ada yang bisa kita atur, dan ada yang gak bisa kita atur.

Aksa termasuk karakter yang bisa gue atur, dunianya ada di imajinasi gue, dan masa depannya bisa gue olah seabstrak mungkin. Dan gue selalu ngerasa, Astra itu kayak Malikanya kecap bango. Berarti Aksa itu udah gue anggap sebagai anak sendiri.

Kadang gue selalu merasa bisa ngatur dia, tapi alangkah baiknya, gue berdialog dengan Aksa sebelum menulis cerita untuk dia. Karakter Aksa udah tumbuh walaupun belum viral sih. Gak viral juga gakpapa, toh Aksa ada bukan untuk viral, dia ada untuk jadi teman berdialog gue di Dunia literasi.

Aksa itu cowok, dan dia harus menang untuk memilih. Walaupun dicerita sebelumnya ceweknya selalu menang untuk menolak.

Aksa bakalan jadi karakter yang membangun sifat dan pribadi yang bisa ditawarkan, agar dia bisa mudah untuk memilih. Sama artinyanya dengan memantaskan diri agar dia mendapat yang sepantasnya.

Aksa bukan karakter yang memiliki fisik yang menarik. Gue emang gak buat dia memiliki fisik yang menarik (biar sama kayak yang nulis). Karena gue tau, fisik yang menarik bukanlah asset yang nilainya naik, fisik yang menarik akan selalu terdepresiasi dengan usia.

"Tapi gue pengen ganteng!"

"Diem lu bawel!"

"Kan lu mesti berdialog dulu, condet!!"

"Iya, tapi tetep yang nulis cerita elu."

"KALAU GITU BUAT KARAKTER GUE SEBAGAI SEORANG PENULIS, GUE MAU NULIS CERITA IDHAM PENJUAL BAKSO GHAIB BERKUTANG!"

------

Yha, gimana yha, masak karakternya cakep yang nulis enggak.

Mungkin cerita Aksa gak bakalan ditulis tiap tanggal 15 dan 30 seperti dulu, dan gue bakalan berusaha menulis cerita Aksa sesering mungkin, eh enggak gue bakalan selalu menyempatkan berdialog dengan Aksa buat nulis ceritanya walaupun nantinya hanya muncul ide 1 sampai 2 kalimat.

bismillah, see you, Sa.

Minggu, 23 Juni 2019

UNPUBLISHED STORY: KEGELISAHAN DALAM MEMILIH

Lama banget gak nulis ternyata banyak yang menumpuk dikepala, bersamaan sama kegelisahannya. Tulisan ini khusus buat temen-temen yang sering buka blog, karena cerita ini gak bakalan gue publish di sosmed manapun.

"Dham, ada waktu longgar?" tanya salah seorang temen gue. Perkenalkan namanya Fifi.

"Call me back about 4-5 hours again"

Saat itu gue lagi dinas luar. Ada pekerjaan baru yang membuat gue harus meninggalkan beberapa hobi lama, seperti basket, nonton film, dan nulis tentunya.

Kerjaan baru gue menuntut gue buat bolak balik Cibinong-Bogor atau Cibinong-Jakarta. Bertemu dengan lebih banyak orang, menjalin relasi baru, well. Capek sih, tapi gue seneng, karena dapet duit lebih, eh gak deng karena dapet kepercayaan lebih.

Sekitar jam jam 5, udah 5 jam sejak Fifi ngontak gue, dia ngechat by Whatapp "Dham, gue butuh pendapat elu."

Mungkin banyak yang bilang usia 20-25 ya? Ini di siklus krisis dimana usia mulai mature, pikiran mulai mengarah lebih jauh kedepan, dan mulai menemukan siapa yang benar-benar menjadi kawan, atau lawan.

"Tau gak kemarin, ada yang ngechat sama persis kayak elu, dan lu tau dia minta pendapat apa? Kegalauannya mau ngelamar sama dilamar, kalau lu juga mau cerita itu, berarti lu orang ke 5 yang cerita kegue."

"HAHAHA, BUKAN, gue mau cerita. Gue lagi galau nih, mau kerja atau mau lanjutin kuliah S2," intronya yang dia ceritakan ke gue.

"Oh, emang lu lebih berat kemana?" jawab gue yang masih seadanya.

"Gaktau, for the first time Dham, gue bingung mau milih yang mana, karena sama-sama beratnya."

"Oh, lah lu duluan kepikiran yang mana?"

"Hmm... wait a minute"

Fifi berpikir sebentar, dan sekitar 20 menit setelahnya dia batu melanjutkan chatnya "Gue bingung bener-bener bingung, kalau dibilang mana dulu, gue lebih kepikiran kerja dulu dari pada lanjutin S2. Tapi, mamah pengen gue lanjutin S2 dulu. Okelah, gue pikir kalau gue jawab bisa ngelakuin semuanya beriringan mamah bakalan luluh, tapi dia ngomong 'Kalau sekolah sama kerja, nanti malah gak fokus sekolahnya loh, mbak,'

Dan dengan semua argumen yang mamah kasih ke gue, akhirnya gue mikir lagi, buat lanjutin sekolah lagi atau kerja dulu."

"Oh, dari awal sebenernya lu emang pengen kerja dulu?"

"Yap, gue pengen mandiri secara financial dulu, enak gak sih kayak elu gitu, udah punya duit sendiri, jadi udah gak membebani orang tua."

Gue tersenyum membaca chat Fifi, mungkin bener apa yang dia bilang. Gue beranjak dari posisi duduk gue. Saat itu, gue sedang ada dikantor, masih didepan komputer, lalu gue berpindah ke teras Masjid menyandarkan badan ke salah satu tiang. Menghela nafas lalu membalas.

"Oh, gitu..,"

"Iya, gue bener-bener bingung milih yang mana, kalau menurut lu gimana, Dham."

"Kalau gue jadi elu, dan bener-bener berat milih yang mana, gue nyaranin lu buat ngikutin nyokap lu. Mau cari apalagi selain nyenengin orang tua, sebelum mereka gak ada?"

Pesan gue diread doang, sekitar jam 6 gue balik ke kontrakan. Sampai jam 9 chat gue masih diread, dan sekitar jam 10 sebelum gue tidur Fifi baru bales.

"Dham, bukannya cara nyenengin orang tua ada banyak. Kalau gue kerja kan seenggaknya gue juga nyenengin mereka karena gue ngeringanin beban orang tua gue."

"Sorry to say, gak usah sok-sokan ngomong dengan ngeringanin beban financial orang tua lu, mereka langsung seketika seneng, sementara kalau lu balik lebih banyak ngabisin waktu bareng temen-temen elu, lebih sering ngajakin main temen-temen lu makan ketimbang bareng orang tua lu, lebih sering bales chat temen-temen lu dari pada ngechat mamah. Mungkin emang bener meringankan beban, tapi udah berapa kali permintaan mamah yang lu turutin, dan permintaan mereka yang mungkin lu gak tau, doa mereka buat lu yang mungkin lu gak pernah denger biar lu kayak gimana."

"Dham..," balasnya.

"Fi, kalau gak ada yang salah sama pengen lu itu, meringankan beban orang tua, siapa anak yang gakmau, tapi jangan lupa turutin dulu permintaan mereka, sabar, ada waktunya apa yang lu pengen direstui."

"Thanks a lot, brother." tutupnya.

Ada beberapa point yang gue garis bawahi disini. Gue gaktau apa yang ibu bapak gue pengen, yang gue lakuin hanya meraba apa yang membuat mereka seneng.

Kadang gue ngerasa, apa ketika gue udah kerja bisa kirim uang ke mereka, udah gak membebani mereka, tapi ternyata bukan. Bukan itu yang benar-benar mereka harapkan.

Sekali lagi gue meraba-raba, kita gak pernah tau apa yang mereka doakan buat kita, kita gak pernah tau apa yang ada di isi hati mereka, dan mungkin apa yang dia pinta ada maksud tersendiri dibaliknya. Hanya saja kita yang kadang menolak, maksud gue sering menolaknya. Well, sekali lagi, selain nyenengin orang tua, Mau cari apalagi selain nyenengin orang tua, sebelum mereka gak ada.

Sabtu, 22 Juni 2019

INDAHNYA PDKT AKSA III : CERITA REHAN

"Aduh...," keluh Aksa sambil geleng-geleng kepala.

"Gue udah gak diperhatiin lagi ini sama author gue, udah jarang buat cerita, bisa-bisa gagal pansos nih,"

"Etdah, gue sibuk. Masih mending ni hari ini gue nulis!"

"Iya, iya, yaudah sekarang lu mesti kasih nasib baik!"

"Bawel lu kayak bawal."

"Mana ada ikan yang bawel, ikan aja cuman mangap-mangap doang."

"Oh iya.."

"Tok-tok" pintu kamar Aksa diketok ditengah percakapan dengan authornya.

Dan tak lama setelahnya, pintu kamarnya terbuka secara perlahan. Semenit, dua menit gak ada orang yang masuk kekamarnya. Tiba-tiba terdengar suara sendu dari balik pintu, lalu hujan turun, dan mulai kamar Aksa mulai gelap.

Aksa membiarkan kamarnya tetap gelap, karena dia enggan menyalakan lampu. Suara sendu itu berasal dari balik pintu, dan tombol menyalakan lampu berada tepat disebelah pintu masuk kamar Aksa.

"OI SETAN! NYALAIN LAMPUNYA GUE TAKUT JALAN KESANA KARENA ADA ELU!" teriaknya lalu menutupi wajahnya menggunakan bantal.

Aksa menarik selimut dan bersembunyi dibaliknya, dengan bantal yang sekarang dia peluk.

Tiba-tiba, tangan putih pucat keluar dari pintu.

"NDRUWOOO!!! AAAAA TOLONGG, MY BODY IS NOT YUMMY DONT EAT ME PLEASE!!!"

Tenang, Sa, ini bukan cerita horor. Lagian lu ada setan bukannya do'a malah dialog pake bahasa inggris.

"Ini gue," muncul wajah yang sangat Aksa kenal.

"Rehan? Lu gentayangan?"

"Napa gentayangan, kan gue belum mati, pehul!"

"Kok lu pucet banget, mata lu juga item banget? Password?" tanya Aksa terheran-heran.

"Kopi luak, gak pake kembung."

"Lah iya, beneran elu, sini-sini," Aksa mempersilahkan sahabatnya ini masuk.

Rehan duduk dan bersandar dilantai, badannya keliatan lemas, rambutnya berantakan, pipinya mulai tirus, mirip kayak Atta lagi nyamar jadi pengemis. Cuman Rehan lebih cakep.

Dia terduntuk lesu, merendahkan bahunya, dan meletakkan tangan diatas kakinya. Aksa menyalakan lampu, dan menyeduh teh buat Rehan. Suara sendu Rehan mulai mereda.

"Nih, gue buatin teh, minum."

Rehan hanya tertunduk lesu, wajahnya tertutup rambutnya yang acak-acakan. Aksa membiarkannya, lalu dia duduk dikursi.

"Nape lu?" Tanya Aksa.

Rehan masih tertunduk lemas. Aksa membiarkannya.

15 menit kemudina, "Yaudah kalau gakmau cerita gakpapa Han."

Sejam kemudian "Lu kesini mau apa?" tanya Aksa kembali karena terlalu hening untuk 2 orang sahabat yang berada di satu ruangan.

Masih tetap gak dijawab Rehan. Aksa menghampiri Rehan, lalu duduk disampingnya. Memegang pundaknya, lalu menyoyornya.

"ETDAH BUSET, DARI TADI LU TIDUR TERNYATA, GUE NANYA GAK DIJAWAB-JAWAB, MINUM TUH TEH SIANIDA!"

"GUE NGANTUK, KARSO!!! GUE BELUM TIDUR 3 HARI!!"

"TIDUR YA TIDUR, TAPI JAWAB PERTANYAAN GUE!!"

"LAH MANA GUE TAU KALAU LU NANYA, NAMANYA JUGA TIDUR!!"

"Oh iya sorry, terus kenapa lu kok belum tidur 3 hari, ngerjain skripsi?"

"Belum kocak, kan gue masih semester 3."

"Oh, lu kelilit utang ya?"

"Yaelah, kalau gue kelilit utang nama gue lari ke elu Sa, kan lu juga gak punya duit."

"Oh iya, terus kenapa?"

Rehan, melipat kaki dan tangannya, mengambil teh yang sudah dingin, lalu meminumnya "Ini gak lu kasih sianidakan?"

"Enggaklah, Han, gue bercanda doang," Aksa mulai iba melihat sahabatnya.

"Gue lagi sedih, Sa, bahkan teh manis yang lu buat berasa tawar banget."

"Emang gak gue kasih gula, lagi abis."

"Oh, maaf. Teh tawar yang lu kasih berasa pait kayak kopi."

"Mau kecap kalau mau dimanisin?"

"MBOH!" Jawab Rehan kesal "Gue lagi sedih, Sa."

"Elahh, sedih kenapa, perasaan minggu kemarin lu ngomong sama gue 'Kita walaupun temen deket, kehidupan kita jomplang ya. Gue ada yang mencintai setulus hati, lah gue liat elu, ada yang mau mungut aja kagak' sekarang napa lu sedih?"

Rehan menatap sahabatnya dengan mata yang berkaca-kaca, bibirnya menahan tangis,"GUE PUTUS SA!!"

Melihat temannya menangis Aksa jadi jijik. Rehan memeluk Aksa, sementara Aksa mencoba melepas pelukannya. Sesaat mereka beradu pukul, lalu berhenti setelah Aksa kentut.

"Sa, berharap sama orang tuh, kek apa ya hiks, kek sakit banget, apalagi berharap sama dia hiks" kata Rehan sambil tersedu-sedu.

"Lah dulu lu ngomong, berharap sama orang itu patah hati yang disengaja, sekarang lu sendiri yang berharap sama orang sok-sokan sih lu dulu."

"Sa...,"


Bersambung..

Senin, 22 April 2019

AKSA RETURN



Pulang selalu membuat Aksa lebih baik, dengan beberapa cerita yang dia dapat dari teman, maupun pesan dari ibunya. Kepulangan Aksa ke Bogor disambut Rehan temannya.

"Ini nih, si bocah terkutuk!" sambut Rehan.

"Ini nih, temen pembawa sial," balas Aksa.

Flashback sedikit kebelakang kalau emang Aksa kemarin dikutuk jomblo, dan Rehan datang bak seorang pahlawan. Ngenalin Aksa beberapa cewek, dan sayangnya cewek yang dikenalin Rehan gak ada yang beres.

Ajeng yang terlalu percaya hal-hal mistik, dan Retno eh Ratno yang ternyata dia adalah cewek transgender, bukannya jadi obat pelipur lara, justru jadi wanita pembawa nestapa.

"Lu mau gue kenalin lagi nggak, Sa?" tawar Rehan, saat perjalanan menuju kosan.

Aksa hanya menderham, tidak terlalu menggubris omongan Rehan.

"Sa.."

"Enggak, lu pasti nipu lagi."

"Tapi, ini..," belum selesai Rehan ngomong Aksa udah sewot untuk menolak.

Sampai 15 menit perjalanan menuju kosan "Kalau sekarang mau nggak?"

"Enggak, lu pasti nipu lagi."

Lalu setelah Aksa sampai dikos "Kalau sekarang mau nggak, Sa?"

"Enggak, lu pasti nipu lagi."

Sampai pada akhirnya Rehan pamit pulang "Kalau sekarang mau nggak, Sa?"

"Hmmm, oke boleh."

"Hee, dasar," Rehan melempar kaos kaki busuknya ke muka Aksa.

Rehan duduk disamping Aksa dikasur, dia menunda kepulangannya untuk memperkenalkan temen ceweknya ke Aksa (LAGI).
.
"Ini beres kagak? Lu ngasih gue kenalan tapi gak ada yang beres. Kirim KTP juga dong, jangan-jangan dia cowok kayak Ratno!" keluh Aksa.

"Enggak, santuy. Gue kenal ini anak dari awal masuk kuliah kok," jawab Rehan sambil terus mengutak-atik HP-nya.

Setelah lama mngutak-atik HP-nya Rehan melihat Aksa, beberapa kali setelah melihat HP-nya. Rehan memangku kepalanya dengan sebelah tangannya, seakan sedang berpikir dan membayangkan sesuatu.

"Kayaknya gak jadi gue kenalin deh, Sa."

"Lah, lu PHP, napa gak jadi!!!??" tanya Aksa kesal.

"Dia terlalu cakep buat elu, Sa, ntar lu ditinggalin lagi gimana?"

Aksa menempuk pundak Rehan dengan keras "Sakit bege!" teriak Rehan kesakitan.

"Lu ngomong kayak gitu juga sakit, Han. Jadi lu ngomong kalau gue jelek gak cocok sama tuh cewek yang cakep, lu niat ngenalin gak?"

"Kok lu emosi, mau dikenalin gak?"

"Yaudah maaf," kata Aksa sambil menjabat tangan Rehan.

"Cium," Rehan mengangkat tangannya, lalu Aksa mencium tangan Rehan "Gitu dong, pinter," setelah mengelus rambut Aksa, Rehan memperlihatkan foto cewek untuk dikenalkan ke Aksa.

"Dih, iya, cakep banget. Mau gak ya sama gue?" Keluh Aksa.

"Bro, cewek itu gak butuh cowok yang ganteng," kata Rehan sambil menepuk pundak Aksa.

Aksa menatap Rehan dengan mata berkaca, seolah temannya meyakinkan sahabatnya. Aksa tersenyum "Tapi cewek butuh Aksa-kan?"

"Gak juga sih," sesaat setelah itu HP Rehan berdering "Hallo sayang, ada perintah apa kok tiba-tiba nelpon?- Oh iya, siap-siap, aku meluncur 5 menit lagi- Oke bye, I love you" Rehan kembali menatap Aksa "Cewek itu butuh Bucin, udah ya gue mau nganter doi ke kamar mandi."

"Ha? Ngapain lu nganter dia kekamar mandi!?"

"Iya kamar mandinya lagi rusak, dia mau kencing di POM katanya, dah ya ntar gue kenalin deh sama Tika, ini cewek namanya Kartika, oke?"

Aksa heran, betapa bucinnya Rehan sampe kekamar mandi aja mesti ditemenin.

Setelah Rehan pergi, Aksa merebahkan badannya diatas kasur. Beristirahat setelah perjalanan pulang keperantauan. Sesaat kemudian Aksa memejamkan matanya.

"Kartika ya, hmm mau gak ya sama gue," gumamnya dalam hati. Lalu dia tertidur.



- Bersambung,

Jumat, 15 Maret 2019

PESAN BUAT AKSA

Kita akan dihadapkan dengan berbagai pilihan, selalu dan pasti. Sadar gak sadar, bangun tidur itu juga kita udah memilih, setelah kita bangun kita juga dihadapkan sama pilihan lagi. Bahkan, saat bokerpun kita akan dihadapkan dengan pilihan tanpa mungkin kita sadari.

Jadi, gini ceritanya. Beberapa hari kemaren Aksa sebelum pulang ke Bogor lagi Aksa sempet main kerumah temen Aksa, Roni. Roni ini temen Aksa dari SMP anaknya loyal banget, ter-skuy living. Diajak kemana-mana pasti ayo, dan selalu yang bayarin.

"Yakin lu gakmau kemana-mana?" tanya Roni waktu gue main kerumahnya.

"Enggak, udah disini aja, besok gue udah balik, gue cuman pengen main kerumah lu."

"Asek, tumben lu romantis gitu, tapi gue tinggal bentar gakpapa ya? Lu main PS aja dulu didepan, gue pergi bentar."

"Yah, gue kesini lu malah pergi, gimana sih," keluh Aksa.

Roni menepuk pundak Aksa, menatap matanya tajam dan berkaca-kaca "Gak lama kok, Sa."

"Etdah, lu kayak homo aja, yaudah sana pergi!"

Roni langsung cabut ninggalin Aksa diruang tamu. Gak lama kemudian papah Roni dateng.

"Loh mas Aksa, kapan dateng?" sapanya ramah sambil menghampiri Aksa.

"Baru kok Om hehe" 

"Roni kemana mas?" tanya Papahnya sambil clingak-clinguk nyari Roni.

"Katanya tadi keluar bentar, Om."

"Loh, pie to, ada temennya kok ditinggal-tinggal," keluh Papahnya sambil menepuk jidatnya. Lalu Papah Roni ninggalin Aksa juga, tapi gak lama kemudian dia kembali dengan membawa es Sirup dan cemilan "Nih, nak cemilan sama minumnya," Papahnya dateng dan menyuguhi Aksa.

"Wah, makasih Om, jadi enak nih saya."

"Hahaha, bentar ya,"Papahnya kembali ninggalin gue, lalu kembali sambil membawa seliter botol minum.

Wah minuman tambahan pikir gue. Warna putih kentel kek Susu gitu, Aksa pikir keknya enak nyampur sirup sama Susu. Tapi sepertinya Papahnya gak mau berbagi minumannya, karena Susu itu diletakkan disampingnya.

Aksa melahap cemilan yang dihidangkan. Cemilannya favorit Aksa lagi, makanan manis-manis dan coklat, Sirupnya juga bukan Marjan, gaktau ini Sirup merknya tapi enak menurut Aksa. Papah Roni hanya tersenyum melihat gue makan.

"Om, saya makan hehe" karena sungkan gue makan mulu sambil diliatin Papahnya Roni.

"Iya mas habisin aja, lagian itu gak bakalan habis kalau gak ada tamu mas."

Gue hanya ketawa kecil sambil makan. Astaga kenapa Aksa rakus ya karakternya. Eh kan gue yang buat -_-

"Kamu hobinya apa mas?"

"Baca koran, pak, sama naik gunung," jawab Aksa sambil tetap melahap makanan.

"Udah punya cewek belum?"

Aksa tersendat, lalu melihat kearah Papahnya Aksa. Sepertinya Papahnya tau kalau Aksa itu jomblo, lalu dia tertawa.

"Hahaha, mas mas kamu kok lucu ditanya gitu doang keselek. Cari dong mas. Maskan gak jelek-jelek amat," Papahnya terdiam sebentar "Maaf, maksud saya mas kan masih muda, temen cewek juga banyak bla bla bla" Aksa nangkep maksud Papahnya minta maaf adalah sindiran kalau Aksa itu jelek.

"Iya Om, ini juga nyari tapi belum ada yang mau," jawab Aksa melas.

"Hahaha, kamu kurang nunjukin apa yang kamu tonjolin sih!"

Aksa melihat kesekeliling badannya. Satu-satunya yang menonjol dari Aksa hanya perutnya, tapi sayang menonjolnya kedalam. Karena Aksa badannya kurus. 

"Kamu kuliah dimana mas?" tanya Papahnya.

"Di IPB Om."

"Institut Pakuan Bogor?"

"Pertanian Om!! Pertanian!!" jawab Ajsa ngegas.

"Hahaha, kok kamu lucu sih, mas. Dulu Om juga pernah tuh ke Bogor, wih di Bogor enak tuh. Ceweknya cakep-cakep, tempat wisata juga banyak ada curug, air terjun, Kebun Raya, puncak cisarua, wiihh bisa maen mulu kamu disana mas. Makanannya juga enak-enak, Sate Maranggi, soto kuning, Soto Mie, Laksa bla bla bla " papahnya Roni cerita kek dia hafal bener Bogor lebih dari gue malahan yang paling makan di warteg, sama YC.

"Andai saya masih kayak kamu mas," lalu papahnya meneguk seliter air yang dia bwa tadi, sekali minum coba "Sekarang mah, kalau udah tua gini saya banyak pantangannya."

Gak lama kemudian Roni dateng "Eh papah, Aksa bukan calon aku ya, jadi gak usah kepo-kepo banget sama dia. Lagian dia gak ganteng!"

"Lu juga gak ganteng Roni, dan gue gak homo!" jawab Aksa.

Roni dan Papahnya ketawa. Lalu diajaknya Aksa kekamar Roni. Roni udah bawain martabak keju manis dan roti bakar bandung. 

"Gue tuh kalau liat papah kasian, Sa," kata Roni lesu "Papah tuh, udah jarang bisa diajak kemana-mana takut kecapean ntar sakit. Ngajakin makan aja juga harus pilih-pilih, gak boleh makan manislah, ayamlah, macem-macem deh."

"Loh, tapi papahmu itu sehat gitu minum susu seliter gitu langsung habis lagi." 

"Susu gundulmu! itu obatnya Papah, sehari harus minum segitu emang, buat ngontrol gulanya."

"Oh, pake susu ngontrolnya? Enak dong, gue suka minum susu."

"Ngomong susu lagi, ntar gue cekokin lu sama obatnya papah," kata Roni kesal.

Aksa tertawa, lalu Roni kembali nerusin ceritanya "Gue gakmau kayak Papah, gak bisa nemenin gue makan, jalan-jalan. Gue kuliah jauh, pulang-pulang jarang bisa main sama Papah, paling jagain dia dirumah, kadang nganterin dia ke rumah sakit. Makanya gue anaknya kalau diajak kemana-mana skuy aja, karena bosen, Sa dirumah mulu."

Aksa terdiam liat Roni wajahnya seketika berubah agak sedih.

"Papah tuh dulu, hobinya main, sama makan. Beh, Sa, lu kalau tanya liburan kemana, makanan apa dia pasti hafal, tapi gak pernah ngajak gue kesana. Eh jarang sih. Papah tuh selalu ngomong, 'Kamu tuh investasi terbesar Papah, nak' hmm yaudahlah," Roni gak melanjutkan kalimatnya. Aksa tau maksudnya gimana.

Sehari setelah Aksa dari rumah Roni barulah Aksa balik ke Bogor. Aksa teringat disini pesen papah Roni ke anaknya "Kamu tuh investasi terbesar Papah," tapi, dari cerita Roni gue juga tau, kalau Papahnya lupa berinvestasi untuk dirinya sendiri.

Sekali lagi, hidup itu pilihan, tapi hati bukan tuk dipilih. Eh malah jadi lagunya Fiersa Besari. Enggak maksud Aksa hidup itu bener-bener pilihan. Kayaknya jadi Papahnya Roni tuh enak dulu, main kemana-mana, makan sana sini, tapi sekarang, Papahnya gak bisa menikmati itu bersama Roni. 

Papahnya udah memilh untuk menghabiskan masa mudanya untuk bersenang-senang. Dan mungkin masa waktu bersenang-senangnya sudah dihabiskan waktu masih muda, dan sekarang dia harus menjaga masa tuanya agar tetap ada unutuk melihat Roni tumbuh dewasa. 

Aksa membayangkan kalau dulu Papahnya seorang atlet, menjaga kesehatannya, mungkin aja sekarang dia bisa nemenin Roni jalan kemana-mana, dan gak perlu mengatur makanannya seketat sekarang ini. 

Well, Aksa mengingatkan lagi, semua itu pilihan buat temen-temen. Semua ada enak dan enggaknya, tinggal mau pilih yang mana dulu.

Kamis, 14 Februari 2019

AKSA : PULANG

     Setelah berakhir dengan punggunya yang ternoda Aksa marah dengan Rehan. Dia mengutuk Rehan kalau ceweknya itu cowok,

       "Gua kutuk cewek lu itu cowok!"

       "Napa lu tiba-tiba gitu, Sa. Napa lu nyalahin gue, kan gue udah ngomong kalau gue gaktau apa-apa soal Ratna."

       "Pokoknya cewek lu itu cowok!!"

       Ada orang yang lebih keras kepala daripada orang yang sedang jatuh cinta, orang yang 'hampir jadian sama cewek jadi-jadian'. Ya, dialah Aksa.

       Setelah selesai salah-salahan, Aksa mendapati pesan dari ibunya.

       "Mas, kapan pulang?"

       Aksa bisa dibilang jarang pulang. Selama 3 tahun merantau, tiap tahunnya Aksa mungkin cuman pulang 3-4 kali, kalau enggak waktu liburan semester, atau ada acara yang bener-bener penting Aksa gak bakalan pulang.

       Alasannya simple, karena dia malu kalau pulang. Malu belum ada yang dibanggakan. Padahal mungkin aja, orang tua hanya ingin bertemu dengan anaknya sebelum Aksa kerja, sebelum berkeluarga, dimana waktunya akan habis untuk bekerja, dan mengurus keluarganya sendiri.

       "Habis ujian, Bu, 2 bulan lagi,"balas Aksa.

      "Minggu depan, ada libur hari senin sama selasa. Mas kan kuliah cuman sampai Kamis, kamu gakmau pulang hari Jum'atnya, ibu beliin tiket pulangnya"

       Aksa membiarkan pesan itu, sampai akhirnya ibunya kembali menanyakan "Kalau mas repot, yaudah gakpapa :)"

       "Iya, bu, mas pulang, makasih ya :)" Aksa memutuskan untuk pulang.

       Minggu depannya Aksa pulang. Rumah Aksa berada jauh dari tempat kuliahnya. Aksa kuliah di Bogor, dan rumahnya ada di perbatasan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah, di Ngawi. 

       Walaupun ibunya menawarkan tiket kereta yang paling mahal, atau pesawat, Aksa menolaknya dan memilih tiket yang murah aja. Dia gak mau terlalu membebani orang tuanya.

       Aksa sampai dirumah dini hari. Kereta Aksa berangkat kamis siang, dan Aksa sampe jam 2 pagi.

       "Anake ibuk seng ganteng dewe pulang," sambut Ibu Aksa sambil memeluknya dengan wajah masih terkantuk-kantuk. Lalu Aksa diminta duduk dimeja makan, dan ibunya membuatkan teh hangat.

       "Makasih ya, Bu. Ibu tidur aja, masih ngantuk gitu,"pinta Aksa sambil menyeduh teh yang dibuat ibunya.

       "Ibu tahajud dulu sekalian, nanti baru tidur,"Ibunya beranjak lalu kembali ke kamar. Bapak Aksa juga jarang pulang, karena kerja diluar kota. Aksa tinggal berempat bersama kakak, dan adik perempuannya, kecuali saat akhir pekan, lengkap personil keluarganya, karena Bapak selalu pulang Jum'at malam.


       Setelah tehnya habis, Aksa langsung kekamarnya dan tidur.

       "Mas..," seseorang dengan suara tak asing manggil Aksa.

       "Ha? Siapa?" jawab Aksa kebingungan.

       Terlihat Ratna si Ratno sedang membuatkan sarapan. Sekarang Ratno berkumis, makin terlihat jelas kalau dia adalah cowok. Mengedipkan mata, sambil melet-melet.

       "ARRRRGGGHH!!!" Aksa terbangun dari tidurnya, dengan ibunya disampingnya.

       "Heh, Mas, isuk-isuk kok glimpungan ae,"kata ibunya sambil menepuk pundak Aksa.

       Aksa bangun, sambil mengusap matanya. Masih dalam keadaan setengah sadar. Masih dengan tatapan kosong, Aksa masih.

       "Kamu kenapa mas?"

       "Post Traumatic Stress Dissorder paling bu,"jawabnya sambil memegangi kepalanya.

       "Apa itu mas?"

       "Gaktau tuh, authornya yang nulis,"etdah gue yang salah "Dia paling juga asal ngomong, bu."

       "Kamu habis ketipu ya?"tanya Ibunya.

       "Lah kok tau?"

       "Iya, dikasih tau author, mas."

       "Etdah, author comel banget sih, dikit-dikit cerita ke emak gue!"keluh Aksa. Etdah,author napa jadi salah mulu disini.


       Ibunya mendekatkan diri, lalu merangkulnya "Mas, kamu apa buru-buru cari pacar to?"

       Aksa hanya menggelengkan kepala.

       "Nahkan, kamu tuh ya, belum UGD."

       "UGD?" 

       "Iya, Usia Gawat Darurat, belum di Usia Gawat Darurat buat cari pacarkan, mas? Kakak aja, baru punya habis lulus kuliah lo, kamu nanti mungkin kalau udah mau pensiun."

       "Kok, jahat sih, Ibu."

      "Canda, kalau kamu emang buru-buru nanti ibu pasangin Baliho di perempatan jalan Kartonyono, minta tolong SCTV buat ngepromosiin kamu buat cari pacar."

       "Buset dah, Ibu, kok SCTV?" 

      "Gaktau tuh author," buset gue lagi yang salah! "Enggak canda, soalnya kan di SCTV banyak FTV siapa tau kamu bisa jadi supirnya mbaknya, terus jadi pacarnya mbak-mbaknya."

       Aksa menepuk jidat, karena ke-tidak-masuk-akalan ide emaknya. Lalu Aksa beranjak dari tempat tidurnya.

       "Mau kemana mas?"

       "Cari mangsa buat Aksa Hap, kek Saipul Jamil."
     
       "Aksa!" teriak ibunya khawatir.

       "Cari makan bu udah jam 8 ini Aksa laper."

       "Oh iya, telat bangun seh, udah habis dimakan dek Nisa, sama kak Dinda."

       Aksa pergi keluar untuk mencari makan. Dan berpikir emang bener apa yang dikatakan ibunya. Dia belum di Usia Gawat Darurat buat mencari pasangan, jadi kenapa Aksa harus terburu-buru? 

       Aksa coba kembali berpikir dengan jernih, menghilangkan rasa buru-burunya buat cari pasangan. Sepulang cari makan Aksa mengambil HP-nya.

       "Han, kemaren maaf ya, gue gak jadi ngutuk cewek lu itu cowok. Paling cuman siluman cowok."

       "Hahaha, brengsek, minta maaf macam apa lu!"

Rabu, 30 Januari 2019

INDAHNYA PDKT AKSA II : RATNA BAGIAN III

Semenjak 1 bulan lalu, Aksa deket sama cewek, Aksa jadi punya semangat lebih. Sekarang dia punya pekerjaan baru, mengisi hari-hari yang dulu sepi, telah berlabuhnya Armada hatinya disebuah pelabuhan hati, dan memberinya sebuah pekerjaan baru. Budak. Sekarang Aksa bak budak buat Ratna.

Kemana-mana dianterin, pulang dari kampus, cari makan, belanja, ke kamar mandi. Eh, kamar mandi iya gak ya? Pokoknya mereka kemana-mana udah bareng aja. Dimana lu ketemu sama Ratna, dalam radius maksimal 50 meter pasti disitu ada Aksa, begitupun sebaliknya.

Sayangnya, dalam hubungan percintaan mereka, Ratna punya kebiasan buruk. Dia suka nemplok kalau dibonceng Aksa. Entahlah, karena emang kebiasaan Ratna yang gitu, atau emang Aksa yang minta ditemplokin sama Ratna. Mereka lebih keliatan kayak Sambel Terong kampung kalau lagi boncengan pake motor.

"Mantep nih, Ratna udah klik sama gue" Lapor Aksa sama Rehan temen yang selaman ini dia keluhkan masalah percintaannya.

Aksa udah beberapa kali goncengan bareng Ratna waktu pulang kampus. Walaupun jaraknya lumayan jauh, tapi Aksa rela nganterin demi cintanya sama Ratna.

"Widih, cepet juga lu nyaploknya," balas Rehan terlihat senang mendengar kabar baik dari Aksa.

Aksa mengangguk sambil senyum-senyum sombong. Dia udah merasa menang atas hatinya Ratna. Ibarat Ratna itu sebuah Piala, Ratna udah dapet piala itu.

Aksa tak banyak tahu tentang masa lalu Ratna. Aksa hanya tau kalau dia adalah Ratna, cewek yang dia taksir, dan otw jadi pacarnya.

"Terus kapan lu mau nembak Ratna, Sa?" tanya Rehan.

Aksa mikir sebentar sambil menggaruk dagunya "Minggu depan kali ya?"

"Lebih cepat lebih baik," kata Rehan, seolah mendukung keputusan Aksa.

Aksa mengangguk tanda setuju.

Rehan tau, gimana Aksa kalau sama cewek. Dia serius, dan berlebih. Enggak, maksud gue disini, Aksa emang bener-bener berlebih.

Aksa nyari tempat makan yang bener-bener fancy, candle light dinner, dia udah survey dibeberapa tempat di Bogor. Dan ketemulah satu tempat rooftop, lalu Aksa juga memilih baju terbaik, dia sempatkan ke Jakarta cari kemeja merah. Menurutnya warna merah itu warna yang baik buat nembak cewek. Celana, sepatu, celana dalam juga dia cari yang baru, alasan terbesarnya adalah sebagai faktor pendukung biar Aksa PD.

Baju udah dicari sekarang Aksa cari parfum. Menurut artikel yang dibaca, bau seorang pria sangat berpengaruh terhadap seorang wanita, kalau bau badannya/parfumnya match, gak cewek udah bakalan kayak dihipnotis.

Setelah nemenin Aksa milih kesana kesini "Han," panggil Aksa.

Rehan mendekat.

"Gue gak punya duit ternyata, gue pinjem baju, celana, celana dalem sama sepatu lu aja ya?" pintanya sambil ngeliatin isi dompetnya.

Rehan hanya menghela nafas panjang "Tapi, celana dalemnya jangan, Sa. Ya kali ntar habis lu pinjem gue bayangin bokong lu sama bokong gue se-per-sempak-an!"

Aksa ketawa kecil.

"Terus, tempat makan yang lu pesen tadi gimana?"

Aksa menepuk jidat. Lalu dia menelpon tempat makan yang udah dia pesen, langsung dibatalin seketika.

" Terus lu mau makan dimana,Sa?"

Aksa diem bentar. Seperti sedang mikirin, lalu masang senyum yang masam.

--

Hari H tiba saat " Our first candle light dinner," kata Aksa sambil tersenyum ke Arah Ratna.

Angin malam yang dingin, dibawah bintang-bintang, dengan sebuah lilin diantara Aksa dan Ratna. Aksa ngajakin Ratna makan tempura dipinggir stadion Pakansari.

Untungnya Ratna gak terlalu bete, dia tetep menikmati. Ratna sama sekali gak rewel, dia seperti udah lumrah makan dipinggir jalan. Buat Aksa berpikir, nih cewek bisa gue ajakin susah seneng, pasti asik.

"Sa," kata Aksa lirih.

Ratna tidak begitu mendengarnya dan hanya merespon dengan mengankat alis sambil menatap Aksa.

"Anu.."

"Ha?? Kamu tau?"kata Ratna terkejut.

"Ha? Tau apa?"tanya Aksa bingung.

Ratna hanya menggeleng. Dia tau sepertinya Aksa gak ngerti apa yang dia maksud.

Aksa menghela nafas dalam. Menatap langit, makan sosis bakar yang dia pegang. Nyurut es teh, lalu sedikit menggoyangkan bahunya.

"Kamu maukan jadi pacar aku?" tanya Aksa dengan menatap Ratna serius.

Ratna terbatuk-batuk "Serius?"

Aksa mengangguk yakin.

"Kamu bakaln nerima aku apa adanya?"

Aksa mengangguk semakin yakin.

Ratna membenarkan posisi duduknya. Menghela nafas panjang-panjang, dan matanya mulai berkaca-kaca.

"To be honest, Sa, aku juga suka sama kamu," sejenak terjadi jeda. Perasaan Aksa bercampur aduk. Mulutnya udah mangap-mingkem "Tapi, apa kamu bisa nerima aku apa adanya?"

Aksa duduk tegap, dia menjawab dengan tegas "I can, you can trust me!"

"Ok, omongan lu gue rekam," Ratna mengambil HPnya menaruhnya di dompet, lalu mengeluarkan isi dompetnya. Ratna mengeluarkan KTP-nya lalu nunjukin ke Aksa.

"Ratno??!!" Kata Aksa terkejut, Aksa berdiri, tapi Ratna memegang tangan Aksa "Kamu nerima aku apa adanyakan?" tanya Ratna.

"Jadi yang selama ini nempel dipunggung aku?"

"Itu silicon," jawab Ratna sambil tersenyum.

"ARGGGHHH!!!!!!" dilepaskannya tangan Ratna, lalu Aksa mendorong Ratna, eh Ratno sampai terguling ke semak-semak. Aksa langsung kabur tanpa memperdulikan cewek, eh cowok rapuh itu.

"DASAR LAKI-LAKI BRENGSEK!!!" teriak Ratna.

"DASAR CEWEK, EH COWOK, EH, ARGGGHHH!!!" pikiran Aksa kacau.

Seketika Aksa gak masuk kampus sebulan, dia trauma, dan selama sebulan dia berusaha menyucikan punggungnya dari silicon Ratno. Aksa mengurung diri, dan sekarang sikapnya lebih hati-hati sama cewek.

Senin, 14 Januari 2019

INDAHNYA PDKT AKSA II : RATNA BAGIAN II

Aksa masih belum menyerah menjadi seorang seeker. Setelah dapet kontak Ratna, Aksa langsung gerak cepet. Kali ini lebih menantang, karena Aksa bener-bener buta tentang Ratna, Rehan pun gak bisa ngasih info apapun tentang Ratna.

"Hai, ini Ratna ya?" pesan pertama

"Ya?" Jawab Ratna.

"Aku Aksa, dari Fakultas Ekonomi, ini Ratna yang di Hukumkan?"

"Enggak, gue gak dihukum."

"Lah, terus Ratna siapa dong?"

"Gue Ratna anak FH."

"Sama aja Memunah!!!!" jawab Aksa, lalu di unsend "Iya, maksud aku yang di Fakultas Hukum hehe."

"Oh iya, tapi aku gak dihukum sama sekali."

Jokesnya Ratna sebenernya garing menurut Aksa tapi dia mengikutinya. Aksa sesekali melihat pict profil Ratna. Foto profil yang dipajang foto siluet, lalu status kontaknya "Everybody change".

Pikir Aksa, pasti Ratna ini habis mengalami patah hati yang mendalam. Mungkin dulu dia punya mantan yang sekarang ini berubah. Ya, semua orang berubah menurut Aksa, termasuk mantan-mantannya Aksa yang sekarang jadi tambah cakep.

Aksa ngerasa ini waktu yang tepat, seeker kayak Aksa buat bertindak. Menggali lebih dalam informasi tentang Ratna, dan mengambil hatinya.

"Eh, kamu udah punya cowok belum?"

"Apaan sih, lu pasti macem kek cowok yang mau deketin guekan? Liat status guekan? dikira gue galau, terus lu mau deketinkan?" Jawab Ratna sewot.

Mampus pikir Aksa. Ni cewek udah kayak Bebek main sosor, baru aja ditanyain.

"Semuamuamua cowok sama aja, tau status gue ganti pada dateng kayak Semut, dikira gue ini gula apa."

"Iya kamu emang manis lo."

"Makasih, ganteng," jawab Ratna lalu diunsend .

"Kok di unsend, Na?"

"Apaan sih, gak usah kepedean deh, tadi dibajak!"

Aksa memutar otaknya, dia mencari bahan pembicaraan yang sekiranya bisa Aksa giring.

Salah satu kelebihan Aksa adalah wawasannya yang luas tentang dunia perekonomian. Maklum mahasiswa jurusan Ekonomi seperti Aksa selalu mengikuti informasi terhangat seputar perekonomian. Dan dengan memamerkan pengetahuannya itu, dia merasa keren dihadapan para wanita yang didekatinya. Tapi..

"Perekonomian Indonesia keren loh, ada 5 fakta menarik."

"Iya yang nomer 3 buat tercengangkan? Lu copas dari beritakan? Udah ah, paan sih lu, cowok gak jelas, baru aja kenal udah tau nih gue modus cowok kayak gini!"

"YA GUE MAU KENALAN MEMUNAH!"

"YAUDAH GUE RATNA, LU AKSAKAN? UDAH KENAL!"

"YA LU KAGAK USAH NGEGAS!!"

Pesan Aksa yang terakhir gak dibales. Aksa langsung ngontak Rehan.

"Ni cewek apa-apaan sih, gini banget dia," kata Aksa lewat pesan singkatnya, dengan capture chat dengan Ratna.

"Yaudah sabar, kali aja dia belum tenang habis putus."

"Yaudah deh, ntar gue coba ngontak dia lagi."

"Sip, semangat brader."

Aksa membalik ponselnya dan menutupnya dengan bantal. Karena Aksa belum tau Ratna dia hanya meraba-raba seperti apa Ratna itu. Gak ada info apapun yang bsa dia dapet dari temen-temennya.

Cewek yang terlalu misterius, kalau emang Ratna ini cakep, harusnya seeker macam Aksa ini udah banyak yang deketin. Tapi, pada kenyataannya sampe sekarang Aksa belum dapet informasi apapun tentang Ratna.

Dia hanya menebak-nebak, mungkin Ratna orangnya pendiem. Tapi, pendiem kok sukanya ngegas sama. Kalau anaknya rame, kenapa gak ada yang tau tentang Ratna. Kalau emang dia anak baru dikampus, dan Ratna ini cakep, pasti berita udah nyebar kemana-mana. Apalagi Fakultas Ekonomi sama Fakultas Hukum gak berjarak jauh.

--

Setelah lewat sekitar 3 minggu, Aksa ngontak Ratna lagi. Masih tetap gak punya informasi apa-apa tentang Ratna.

"Ratna?"

"?" Balasnya singkat.

"Hai?"

"Ya, kenapa?"

"Sorry yang kemaren...,"Aksa mikir, mungkin kalau minta maaf pembicaraan dengan Ratna jadi lebih enak.

Dan ternyata berhasil. PDKT Aksa dengan Ratna berjalan dengan mulus. Kali ini Aksa gak buru-buru Aksa mengenal Ratna lebih dalam pelan-pelan, lewat chat.

Setelah kurang lebih 1 bulan Aksa deket, baru dia tau Ratna yang mana. Ratna berwajah oval, tak berpensil alis karena alisnya cuku tebal. Dengan gincu warna nude kecoklatan, sangat cocok dengan warna kulit Ratna yang kuning langsat. Rambut Ratna bergelombang berwarna hitam pekat.

Dari penampilan Ratna, dia cewek yang sederhana. Dari semua barang yang Ratna pake, hanya HP nya aja yang keliatan agak mahal untuk sekelas mahasiswa, Samsung Note 9 yang saat itu harganya sekitar 11 juta, beda dengan HP Aksa yang dia punya sejak SMA Iphone 5s, dan belum ganti sampai sekarnag.

Hanya saja Ratna lebih sering sendirian, makan sendiri, ngerjain tugas sendiri, dan tak jarang Aksa mendapati Ratna diperpustakaan sendiri.

Selayaknya orang yang sedang PDKT tapi gak pernah ketemuan. Mereka hanya saling melempar senyum. Aksa selalu memberikan senyum terbaiknya, sementara Ratna memberikan senyum yang ragu-ragu seolah ada yang ingin dia sembunyikan.

Hingga akhirnya, 3 bulan sudah Aksa chattingan bareng Ratna.

"Na, kamu gakmau dinner bareng?"



Bersambung!