This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 29 April 2018

REINKARNASI

Ngeliat anak sekarang, dan membandingkan dengan keadaan gue sekarang, rasanya agak miris. Dulu, waktu gue masih kecil, banyak orang gede yang pacaran, tapi kenapa sekarang waktu gue udah gede, malah banyakan anak kecil yang pacaran.

Hmm.. Tapi, setelah gue inget baik-baik, dulu gue juga pernah punya kisah tragis waktu masih kecil. tepatnya waktu gue masih kelas 4 SD.

Begini ceritanya, gue dulu naksir sama anak cewek temen sekelas gue waktu SD. Sebut aja dia Yaya. Anaknya manis, manis banget. Kalau dia kebonbin pasti jadi incerannya Tapir. Kalau di SD dia udah di target sama anak-anak SMP, dan SMA sekitar SD gue. Mungkin ini awal dari pedofil didaerah gue.

Tapi, dulu gue cupu banget. Ngomong sama Yaya aja gak berani, gue berani liat dia cuman kalau dia berada dibangku depan gue, gue cuman berani menatap punggungnya, dan itu aja udah membuat gue seneng.

Pernah suatu ketika gue sekelompok belajar sama Yaya. Gue sama sekali gak berani ngomong apa-apa. Parahnya, saking groginya gue ngompol dan dipulangkan.

Ada hal lain yang membuat gue tersiksa juga, ketika temen-temen gue. Rendi, dan Andra bercerita tentang kedekatan mereka dengan Yaya.

" Gue semalem habis telponan sama Yaya," kata Andra.

" Gue minggu kemarin, habis sebangku sama Yaya," kata Rendi. Mereka berdua sedang memerkan kedekatannya dengan Yaya, ketika kita bertiga sedang makan mi di warung deket sekolah.

Gue hanya terdiam, merunduk. Lalu tiba-tiba Andra nanya " Kalau lu pernah ngapain sama Yaya, Dham?"

Mendengar pertanyaan seperti itu, gue cuman bisa diem dan menggelengkan kepala. Gak mungkin juga kali gue jawab,' Gue pernah ngompol waktu sekelompok sama Yaya'.

" Lu gak suka sama Yaya?" tanya Rendi.

Gue bingung mau jawab apa, tapi karena gue malu buat mengakui, jadi gue menggeleng polos doang.

" Idham mah HOMO Ren," celetuk Andra.

" Enggak!!" teriak gue membela diri " Gue suka kok sama Gita Gutawa."

" Itukan artis, lu gak suka sama cewek sekelas?" sahut Andra.

Gue memasang wajah bingung, lalu menggelengkan kepala lagi. Mereka berdua ketawa melihat wajah gue yang cuman bisa menggelengkan kepala.

--

Seminggu setelah Andra dan Rendi bercerita tentang kedekatan mereka dengan Yaya, tiba-tiba aja gue jadi sebangku sama Yaya. Sistem duduk gue dulu waktu SD diacak, dan kebetulan banget kejadian langka ini terjadi.

Andra dan Rendi duduk didepan. Dekat pintu masuk, itu membuat mereka merasa kesal ngeliat gue duduk bareng Yaya.

Di hari pertama gue duduk sama Yaya, Andra udah nyamperin gue lalu ngomong " Dham, tukeran tempat duduk dong sama gue."

" Gak ah, gakmau," jawab gue menolak permintaan Andra.

" Yah, lukan gak suka Yaya, ngapain lu duduk sama dia kalau lu gak suka sama Yaya," balas Andra.

" Tapi, gue lebih gak suka duduk didepan, Ndra," jawab gue kesal.

" Ya, Idham nih homo loh tau gak?" Andra berusaha mengintimidasi Yaya biar dia ilfill sama gue.

" Eh, enggak sumpah," gue berusaha membela diri.

Sayangnya, Yaya sepertinya tidak terlalu memperdulikan omongan dari Andra, hingga akhirnya Andra menyerah.

" Andra itu jail banget ya emang, gue gak suka deh sama dia," tiba-tiba Yaya membuka pembicaraan sama gue.

Gue menoleh seolah gak percaya, karena sejak pagi waktu gue sebangku sama Yaya. Hal yang gue lakuin cuman berlatih menahan pipis, dan Yaya sepertinya berdoa semoga gue gak ngompol.

Dengan spontan gue jawab " I.. Iya kali ya, tapi dia asik kok anaknya."

" Asik gak harus jail juga kan bisa," katanya kesal.

" Hehehe," gue tertawa kecil. Dan sejak saat itu gue jadi mulai cari buat ngobrol sama Yaya.

Samapi beberapa hari, dan berminggu-minggu setelah gue udah gak sebangku lagi sama Yaya, gue jadi sering ngobrol bareng Yaya. Kita berdua memiliki kesamaan. Sama-sama suka nonton kartun Naruto, dan gue koleksi komiknya, Yaya sering pinjem komik Naruto gue. Alhasil, gue sekarang jadi yang terdekat dengan Yaya, diantara Andra dan Rendi.

Seiring dengan kedekatan gue pula, sekarang mereka menyerah, dan udah gak memamerkan kedekatan mereka berdua dengan Yaya.

" Dham, lu kok bisa sih deket sama Yaya, padahal dulu kayaknya lu gak minat banget sama cewek sekelas kita, kok tiba-tiba lu ngerebut dia dari kita berdua," kata Rendi.

" Gaktau, mungkin gara-gara gue ngimpi Yaya," jawab gue asal.

" Ha?? Mimpi? Mimpi basah ya lu!" kata Andra terkejut.

" Yeee, enggaklah. Sebenernya waktu kalian ngomongin Yaya, itu gue juga suka sama Yaya, tapi cuman gue yang gak berani deketin dia. Eh kemarin waktu sebangku dia ngajakin ngobrol gue, yaudah jadi deket aja," jawab gue santai.

" Yaudah tembak Dham," kata Andra.

" Ha? Nembak?" jawa gue kaget.

" Iya," Kata Rendi sambil menatap gue dengan penuh keyakinan.

Gue masih dengan wajah bingung gue.

" Kemarin gue habis liat FTV, lu kalau nembak pake coklat, pake surat. Katanya orang-orang gitu cara yang romantis," kata Andra menyarankan.

Gue masih bingung, tapi yaudahlah gue tetep ngelakuin itu.

Saat jam istirahat gue beli coklat di Indomart deket SD. Andra dan Rendi mempersiapkan surat buat Yaya. Setelah gue selesai beli coklat, Rendi dan Andra udah selesai juga nulis surat. Isinya simple, dan gue rasa ini wajar buat anak seumuran gue saat itu.

" Kamu cantik deh Ya, maukan jadi pacar aku?

ttd. Idham Ashari "

Lalu gue naruh coklatnya didalam tas Yaya. Ketika bel masuk pelajaran berbunyi, Yaya datang, duduk lalu membuka buku yang ada diatas mejanya lalu duduk bersandar. Dia belum membuka tasnya sama sekali.

Saat pulang, dia baru buka tas, dan sepertinya dia melihat ada yang aneh didalam tasnya. Gue lihat dari kejauhan, coklat yang gue kasih penyok, dan suartnya udah seperti teremas-remas.

Yaya membaca surat itu lalu menatap gue. Dia tersenyum. Gue kira dia nerima gue, tapi waktu pulang Yaya ngomong " Coklatnya penyok maaf ya, Dham."

Gue tersenyum, lalu nanya " Jadi kamu mau jadi pacar aku?" 

" Enggak," jawabnya singkat " Aku pulang dulu ya, makasih coklatnya," katanya sambil melambaikan tangan.

Gue terpatri dengan lambaian tangan itu. Dari belakang Andra dan Rendi udah menepuk pundak gue. Dan sejak saat itu gue menjomblo sampai 15 tahun.

Liat anak kecil jaman sekarang, kalau misalnya gue reinkarnasi, kayaknya gue bakalan bisa pacaran sama Yaya. dan mungkin masa Jomblo gue lebih prematur 5 tahun.

Minggu, 15 April 2018

INDRA SI BUDAK CINTA

Kali ini gue punya cerita tentang temen gue. Namanya Indra. Bisa dibilang kalau dia Relationship goals yang kekinian banget. Dan kebetulan beberapa bulan kemarin gue ketemu sama Indra.

Kita berdua bertemu di Kota Kasablanka. Kebetulan Indra sedang ada Dinas tugas di Jakarta. Jadi kita janjian ketemu di Kokas, di Penny Pavilium.

" Masih jomblo aja, Dham?" tegur Indra ketika ngeliat gue.

" Belum ganti pacar, Ndra? Mubazir loh gantengnya," balas gue.

" Lu gak jadi Homokan?" jawab Indra dengan wajah sedikit takut.

" Hahahaha!"

Indra mundur selangkah, sepertinya dia serius ngira kalau gue sekarang ini Homo.

" Hahaha, enggak Ndra, gue masih suka cewek kok. Kalau mimpi basah juga masih cewek yang gue mimpi'in."

" Syukurlah kalau gitu," Indra lalu menjatuhkan diri dikursi. Menyalakan korek api, lalu menghisap rokoknya. Malam itu dingin, dan dia mengenakan jaket yang cukup tebal berwarna hitam. Kita berdua duduk dipojokkan, dibagian outdoornya.

" Lu masih suka mupeng gak kalau sama Dinda?" tanya gue.

" Hahaha, masih inget aja lu."

" Gue paling inget waktu ketemu sama kalian berdua di Grand Mall Solo. Inget banget gue muke lu waktu itu."

" Hahaha," Indra hanya tertawa.

Dilihat dari penampilannya yang sekarang Indra udah banyak berubah. Dulu waktu dia masih SMP dia kayak supir truk. Kemana-mana bawa handuk buat lap keringet, pakai topi bundar, dan lengan bajunya selalu dilipat. Sejak SMA, sejak dia pacaran sama Dinda, dia merubah penampilannya secara total. Entah itu atas kehendak Dinda atau bukan, tapi gue melihat Indra sekarang lebih kayak bos Supir Truk. Bukan supirnya lagi.

" Dham, Dinda ngajakin nikah nih, gimana dong?" tanyanya dengan wajah serius.

" Ya, emang kenapa? Kan bagus dong, dia udah yakin kalau elu pilihannya," balas gue dengan serius pula.

" Gue gak ngebayangin, Dham," jawab Indra sambil menggelengkan kepala " Lu taukan Dinda kayak gimana? Ingatan dia tuh penuh dengan tanggal tanggal, yang menurut kita para kaum Adam ini gak penting-penting banget."

Gue mengangkat alis, tanda gue gak begitu mengerti dengan apa yang Indra bicarakan.

" Dham," Indra meneguk segelas air putih " Gue bisa gila, lu tau gak ini yang gue lakuin selama ini buat bertahan sama dia."  Indra nunjukin HPnya sama gue. Dia nunjukin kalender yang dalam seminggu ada sekitar 5 tanggal yang ditandai.

" Ini nih ya, ada hari dimana gue jadian, gue ketemu, gue nembak, gue balikan, sama gue putus. Gila gak tuh," Keluh Indra " Coba kalau gue lamaran ditanggal yang berbeda, nanti ada hari nikah, hari lamaran, hari ijab, hari seserahan, ah ribet."

" Bentar-bentar, terus kalian memperingati hari putus kalian gimana?"

" Berduka."

"  Ha?? Emang putus itu sesuatu yang heroik, sampe harus berduka segala waktu kalian putus, Jendral Sudirman aja meninggalnya kapan juga gue gak pernah berduka, Ndra!"

" Tau tuh, gue sebenernya juga heran."

" Terus, nanti kalian kalau punya anak, nanti juga ngerayain hari kalian buat anak kalian?" kata gue sambil nepuk meja " Ndra gak sehat!"

" Gue gak bisa bayangin itu, Dham."

" Please deh, Ndra, lu jangan bucin-bucin banget gitu. Lagian," Kata gue sambil menatap Indra penuh penghinaan karena dia bucin banget " Coba ceritain sini sama gue, Dinda itu sekarang gimana?"

" Gue gak bisa lepas sama dia, gue udah deket sama keluarganya, sama semuanya, sama temen-temennya. lu tau gaksih, gue udah dipasrahin sama orang tuanya, gue takut, gue belum punya apa-apa, belum sanggup tanggup jawab," katanya sambil menarik-narik tangan gue.

" Semua harus diomongin, semuanya. Dan lu sebagai cowok harus berani, Ndra. Lu sayang gak sama dia?" tanya gue serius.

" Ya sayang, sih," jawabnya agak ragu.

" Kalau ragu mending gak usah. Denger ya, gue pernah baca buku judulnya ' Sabtu Bersama Bapak' hubungan itu perlu 2 orang yang kuat, kalau salah satu diantara kalian masih ragu, mending gak usah," jawab gue menegaskan.

Indra terdiam, dia tertunduk dan berpikir kembali.

sejam kemudian kami berpisah setelah membahas hubungan Indra dan selangkangan cewek yang lewat. Gue pulang ke Cibinong, dan Indra pulang kehotelnya yang jaraknya sekitar 3 kilo dari Kota Kasablanka.

Seminggu kemudian, Indra ngontak gue lagi. Dia ngabari gue kalau dia dengan Dinda akhirnya menikah, dia ngehubungi gue lewat telfon.

" Dham, makasih sarannya kemarin, akhirnya gue gak ragu lagi," katanya dengan nada bicara yang sudah lebih mantap.

" Wah selamat ya, nanti jangan lupa diperingati hari kalian buat anak ya," jawab gue.

" Hahaha, kalau perlu gue live video buat elu, biar lu juga cepet kawin."

" Wahh.. dapet channel gratisan nih."

" Dateng ya nanti diakad nikahan gue," kata Indra lalu setelah gue menjawab iya, Indra menutup telpon.

Gue ikut senneg denger kabar temen gue yang nikah. Gue gak sabar nonton video live mereka yang bakalan gue tagih dimalam pertamanya.

Selasa, 10 April 2018

ANTARA ADINDA DAN KAKANDA

Ada beberapa usaha move on yang pernah gue lakuin. Salah satunya ketika gue masih SMA. Gue inget banget waktu itu gue 3 bulan putus, dan hmmm masih kontakan walaupun jarang.

kebetulan juga gue juga deket sama seseorang. Adek kelas gue. Satu Organisasi pula, dan kebetulan gue ketuanya. Dan kebetulannya lagi, dia juga habis putus sama pacarnya.

Organisasi gue sering menghabiskan waktu sepulang sekolah sampai menjelang magrib diBeskem, dan biasanya yang paling akhir pulang salah satunya adalah gue, dan sicewek ini.

Perkenalkan namanya Riris " Mas!!" teriaknya merengek ketika suasana Basecamp udah mulai sepi.

" Paan sih, Ris!" jawab gue kesel.

" Dia loh, katanya cuman sayang aku tok," kata Riris sambil menendang-nendang gue.

" Ya, bagus dong kalau dia emang bilang gitu, emang mau sayang siapa lagi kan elu pacarnya?"

" Ini nih!," Riris menyodorkan ponselnya. Terlihat sebuah e-mail pesan dikirim ke cewek bernama Jessica " Aku sayangnya cuman sama kamu, Jes :*" Muka Riris mula gak jelas, bibirnya dimanyunin, alisya mengernyit, dan wajahnya merah " WAKTU DIA NGOMONG GITU KE AKU DIA GAK PAKE EMOT ':*', JESSICA INI SIAPA MAS!!??"

Gue memandang heran wajah Riris " Yamana gue tau, Ris. Tanya dong sama Dion, kan dia pacar elu."

" Kemarin, sekarang enggak," jawabnya ketus.

" Ya..," gue bingung mau ngomong apa " Ya apa? He? Kenapa sih, cowok itu gitu, katanya cuman sayang aku doang, nyatanya ngobralin cinta kemana-mana, mas, denger ya, cowok itu gak lebih dari tanktop di WTC yang mengobral cintanya kesemua cewek!" tiba-tiba Riris udah sewot aja sebelum gue ngelanjutin ngomong gue.

" Ya.. sama, gue juga baru aja putus 3 bulan lalu, nih bekasnya masih ada!" kata gue sambil nunjuk ke dada.

" Mana ada, dada tepos gitu luka darimana!"

" Tapi ini sakit loh, beneran, coba deh sentuh."

Riris melempar sapu kearah gue, pas kena dada gue " Aduh!! lu cewek kok serem amat sih, kek mamanya Sinchan!"

" Wekkk!!!" balas Riris sambil melet-melet " Biar tambah sakit, biar tau tuh cowok sakitnya gue kayak gimana."

" Lah kok ke gue?"

" Yakan lu kaumnya, tanggung juga dong dosanya!"

Berawal dari situ, gue mulai deket sama Riris. Gue sering cerita-cerita ketika semua orang udah pergi, gue berusaha menenangkan emosinya, Riris pula mencoba menerima nasihat dari gue.

Sampai ketika saat gue udah mulai masuk kuliah. Gue keterima kuliah di Brawijaya Malang, dan gue harus segera ke Malang buat mindahin barang, dan persiapan buat Ospek.

" Mas, nanti jarang kesini lagi, dong? Udah kuliah niye sekarang," kata Riris disaat terakhir gue ketemu dibasecamp.

" Iya nih, lu gak galaukan ya, kalau gue kuliah nanti? Kan gak ada yang nemenin lu curcol lagi?"

" Apaan sih," Riris melempar kerikil ke gue.

" Eh dasar bringas!"

" Hahaha!" Riris tertawa " Mas, punya nomer aku gak?"

" Enggak, kalau BBM ada."

" PING!! Me ya, Mas," katanya sambil tersenyum.

Gue mengangguk, senyum sok cool. Lalu berpamitan.

Kita berdua tetep kontakan lewat BBM. Dia udah gak galau, begitupun gue yang udah gak galau lagi. Sampai ketika saat itu dibula hujan, bulan November, gue telat bangun, hujan deres banget, dosennya lagi dosen yang killer, saking takutnya gue berangkat. Pake kaos, celana jeans make jaket.

Gue berangkat buru-buru. Jalan yang gue lewatin udah kayak kolam renang. Mungkin bisa buat gue renang kalau gue masih berumur 5 tahun.

Malapetaka terjadi, gue jatuh dijeglongan*, HP gue kerendem air, dan membuatnya jad error, tiba-tiba flashnya nyala, membuat gue jadi Ironman yang lampunya diselangkangan. Badan gue basah kuyup, dan gak seorangpun nolong gue saat itu. Akhirnya gue balik arah, lalu pulang kekostan.

" Udin!! HP gue kenapa ini?!!" tanya gue panik pada Udin temen sekostan gue yang paham tentang HP.

" Bego lu Ya!! Matiin sekarang, Matiin gak!!" perintah Udin.

Gue langsung matiin HP gue, " Udah biar garing," tambah Udin.

gue tunggu sampe garing, tapi apalah daya, namanya juga malapetaka. Gak bisa dihindari. Gue gak bisa lagi kontakan sama Riris lewat BBM. Untungnya gue masih punya HP yang bisa gue pake buat sms-an.

Gue menyambung hidup bareng Riris melalui sms. Tapi, lama kelamaan pulsa Riris habis " Mas, pulsa aku habis, aku bales kalau aku udah beli pulsa ya."sms Riris dengan nomer yang berbeda.

" Oke" Bales gue.

Akhirnya gue mengurangi intensitas sms Riris, karena takut pulsanya habis. Berujung gue jad jarang kontakan sama Riris.

Kurang lebih 1 bulan gue udah jarang kontakan. Gue rasa dia udah ada yang lain. Sampai gue denger kabar kalau dia sakit.

Gue bingung, dan ke PD-an, apa dia sakit gara-gara gue ya? Gue langsung kekontaer beli pulsa. Lalu langsung Nelpon Riris.

Dan ternyata dia kena demam. Gue menghela nafas, dan merasa lega ketika bisa ngobrol bareng Riris lagi. Gue berisiatis buat sesuatu sebagai penyemangat Riris.

Gue buat semacam Video buat Riris. Lalu gue kirim ke e-mailnya. Denger-denger sih, Video gue dia upload di path-nya.

Lalu setelah itu, gue berusaha kontakan lagi. Dikostan ada laptop, dan ada wifi. Gue tau kalau Riris aktif twitter, jadi gue berusaha ngontak dia by twitter. Hingga akhirnya kami deket lagi.

beberapa bulan kemudian, gue nembak dia.

" Dek, hmm.. gimana ya?" Dm gue sebelum gue nembak Riris.

" Apa mas?" balasnya.

" Kamu gak ada pikiran buat jadian sama aku?"

" Ha?? Ini gak dibajakkan?? Mas gak bercandakan?"

" Enggak, ini aku kok," jawab gue dengan harapan dia bakalan menjawab " Iya"

Tapi sayangnya jawaban " Iya" hanya ada didalam harapan gue semata.

Gue kembali gak kontakan sama dia selama kurang lebih 1 bulan lag. Sampai dibulan April. Gue masih inget, saat itu seminggu sebelum Riris ujian, dia DM gue " Adinda mau Ujian, doain ya Kakanda :)"

" Oh, iya doa terbaik selalu buat kamu ya, Dek. Di pagi, malam, dan diantaranya. Semangat," jawab gue sok romantis.

" Makasih :)"

" Jadi yang kemarin?" tanya gue mencoba memastikan.

Tapi twitter gue malah diblock. Rusak sudah semuanya.

Sekarang, 2 tahun udah berlalu. Gue denger dia udah punya pacar yang satu pekerjaan sama dia. Riris sekarang jadi polisi. Sering masuk di Instagram Polisiwanita atau apalah itu, dan gue sering stalking kehidupannya.

Dari " Kakanda"mu dimasa lalu, semoga kamu bahagia " Adinda"