Kali ini gue punya cerita tentang temen gue. Namanya Indra. Bisa dibilang kalau dia Relationship goals yang kekinian banget. Dan kebetulan beberapa bulan kemarin gue ketemu sama Indra.
Kita berdua bertemu di Kota Kasablanka. Kebetulan Indra sedang ada Dinas tugas di Jakarta. Jadi kita janjian ketemu di Kokas, di Penny Pavilium.
" Masih jomblo aja, Dham?" tegur Indra ketika ngeliat gue.
" Belum ganti pacar, Ndra? Mubazir loh gantengnya," balas gue.
" Lu gak jadi Homokan?" jawab Indra dengan wajah sedikit takut.
" Hahahaha!"
Indra mundur selangkah, sepertinya dia serius ngira kalau gue sekarang ini Homo.
" Hahaha, enggak Ndra, gue masih suka cewek kok. Kalau mimpi basah juga masih cewek yang gue mimpi'in."
" Syukurlah kalau gitu," Indra lalu menjatuhkan diri dikursi. Menyalakan korek api, lalu menghisap rokoknya. Malam itu dingin, dan dia mengenakan jaket yang cukup tebal berwarna hitam. Kita berdua duduk dipojokkan, dibagian outdoornya.
" Lu masih suka mupeng gak kalau sama Dinda?" tanya gue.
" Hahaha, masih inget aja lu."
" Gue paling inget waktu ketemu sama kalian berdua di Grand Mall Solo. Inget banget gue muke lu waktu itu."
" Hahaha," Indra hanya tertawa.
Dilihat dari penampilannya yang sekarang Indra udah banyak berubah. Dulu waktu dia masih SMP dia kayak supir truk. Kemana-mana bawa handuk buat lap keringet, pakai topi bundar, dan lengan bajunya selalu dilipat. Sejak SMA, sejak dia pacaran sama Dinda, dia merubah penampilannya secara total. Entah itu atas kehendak Dinda atau bukan, tapi gue melihat Indra sekarang lebih kayak bos Supir Truk. Bukan supirnya lagi.
" Dham, Dinda ngajakin nikah nih, gimana dong?" tanyanya dengan wajah serius.
" Ya, emang kenapa? Kan bagus dong, dia udah yakin kalau elu pilihannya," balas gue dengan serius pula.
" Gue gak ngebayangin, Dham," jawab Indra sambil menggelengkan kepala " Lu taukan Dinda kayak gimana? Ingatan dia tuh penuh dengan tanggal tanggal, yang menurut kita para kaum Adam ini gak penting-penting banget."
Gue mengangkat alis, tanda gue gak begitu mengerti dengan apa yang Indra bicarakan.
" Dham," Indra meneguk segelas air putih " Gue bisa gila, lu tau gak ini yang gue lakuin selama ini buat bertahan sama dia." Indra nunjukin HPnya sama gue. Dia nunjukin kalender yang dalam seminggu ada sekitar 5 tanggal yang ditandai.
" Ini nih ya, ada hari dimana gue jadian, gue ketemu, gue nembak, gue balikan, sama gue putus. Gila gak tuh," Keluh Indra " Coba kalau gue lamaran ditanggal yang berbeda, nanti ada hari nikah, hari lamaran, hari ijab, hari seserahan, ah ribet."
" Bentar-bentar, terus kalian memperingati hari putus kalian gimana?"
" Berduka."
" Ha?? Emang putus itu sesuatu yang heroik, sampe harus berduka segala waktu kalian putus, Jendral Sudirman aja meninggalnya kapan juga gue gak pernah berduka, Ndra!"
" Tau tuh, gue sebenernya juga heran."
" Terus, nanti kalian kalau punya anak, nanti juga ngerayain hari kalian buat anak kalian?" kata gue sambil nepuk meja " Ndra gak sehat!"
" Gue gak bisa bayangin itu, Dham."
" Please deh, Ndra, lu jangan bucin-bucin banget gitu. Lagian," Kata gue sambil menatap Indra penuh penghinaan karena dia bucin banget " Coba ceritain sini sama gue, Dinda itu sekarang gimana?"
" Gue gak bisa lepas sama dia, gue udah deket sama keluarganya, sama semuanya, sama temen-temennya. lu tau gaksih, gue udah dipasrahin sama orang tuanya, gue takut, gue belum punya apa-apa, belum sanggup tanggup jawab," katanya sambil menarik-narik tangan gue.
" Semua harus diomongin, semuanya. Dan lu sebagai cowok harus berani, Ndra. Lu sayang gak sama dia?" tanya gue serius.
" Ya sayang, sih," jawabnya agak ragu.
" Kalau ragu mending gak usah. Denger ya, gue pernah baca buku judulnya ' Sabtu Bersama Bapak' hubungan itu perlu 2 orang yang kuat, kalau salah satu diantara kalian masih ragu, mending gak usah," jawab gue menegaskan.
Indra terdiam, dia tertunduk dan berpikir kembali.
sejam kemudian kami berpisah setelah membahas hubungan Indra dan selangkangan cewek yang lewat. Gue pulang ke Cibinong, dan Indra pulang kehotelnya yang jaraknya sekitar 3 kilo dari Kota Kasablanka.
Seminggu kemudian, Indra ngontak gue lagi. Dia ngabari gue kalau dia dengan Dinda akhirnya menikah, dia ngehubungi gue lewat telfon.
" Dham, makasih sarannya kemarin, akhirnya gue gak ragu lagi," katanya dengan nada bicara yang sudah lebih mantap.
" Wah selamat ya, nanti jangan lupa diperingati hari kalian buat anak ya," jawab gue.
" Hahaha, kalau perlu gue live video buat elu, biar lu juga cepet kawin."
" Wahh.. dapet channel gratisan nih."
" Dateng ya nanti diakad nikahan gue," kata Indra lalu setelah gue menjawab iya, Indra menutup telpon.
Gue ikut senneg denger kabar temen gue yang nikah. Gue gak sabar nonton video live mereka yang bakalan gue tagih dimalam pertamanya.
Jadi akhirnya liat videonya??
BalasHapus